MICROPHONES
Umumnya Mixer Profesional hanya memiliki Microphone Inputs (XLR), yang artinya Mixer Pro ini hanya melihat dunia secara Low Impedance Balanced Connetion, sementara Line Level Signal Ins and Outs hanya terdapat pada Insertion Point ( Patch Bay) yang sebenarnya tidak ditujukan buat signal dari luar.
Ini dapat dimengerti dengan melihat konektor yang dipakai pada Patch Bay Mixer Mixer Profesional, yaitu Konektor Bantam.
Kemudian hampir semua musisi yang memakai alat musik elektrik atau elektronik hanya mempunyai output yang terdiri dari Line Level alias Instrument Kabel.
Jadi bagaimana caranya agar dapat memasukkan signal instrument mereka Direct ke Mixer ?
Yaitu memakai Direct Box.
Melihat Desain Mixer Profesional seperti ini membuat timbul pemikiran bahwa mengapa rekaman yang semuanya hanya terdiri dari Line Level Signal Input, seperti Drum Machine, Synth, Keyboard, Direct guitar dan Bass.
Seperti halnya pada Industri Musik Indonesia di Jaman MIDI tahun 1987 itu semua bunyinya "Sucks".
Karena tidak ada Room Ambient sama sekali, itu jawabnya !
Jadi kalau anda merasa rekaman anda itu sama sekali tidak memakai Mic Input kecuali Track Vocal semata wayang.
Maka jangan heran kalau rekaman anda itu terdengar tipis tidak enak, (Musisi Pop Daerah..pay attention).
Menangani rekaman yang banyak memakai Mikrofon adalah suatu tantangan yang menarik, kepuasan yang didapat jika berhasil membuat suatu rekaman yang bagus adalah suatu karya seni.
Hal yang paling kritis dan rumit adalah bagaimana cara dan jenis mic apa yang dipakai untuk merekam suatu instrument, ini adalah aspek yang paling penting dalam dunia rekaman.
Dari sinilah asalnya semua rekaman yang bisa dikategorikan karya seni, dari tehnik Miking yang sempurna.
Tapi tahukah anda harga harga dari berbagai jenis Microphone Profesional itu ? Seperti AKG C12 ? Neumann U47 Tube ? Lebih dari Rp.50Jt !
Kemudian anda tentunya perlu juga Mic seperti AKG 414 dan 451 beberapa buah dan masih banyak lagi jenis lain yang sudah legendaris, termasuk Shure SM57 yang rada murah itu.
Tetapi kebanyakan Mic profesional ini terutama yang keluaran baru (China/Taiwan), sudah tidak mempunyai karakter yang sama lagi dengan keluaran lama (Eropa), Shure SM 57 yang baru buatan China tidak sama lagi dengan yang lama keluaran USA.
Hal ini sama dengan Pick-Up Gitar (Spul) yang buatan Korea dibandingkan dengan yang asli USA DiMarzio, perbedaannya sangat jauh dalam karakter bunyi yang tebal.
USA dan Eropa terkenal dengan peralatan audio yang bunyinya tebal sementara Asia bunyinya tipis tipis.
Pernahkah anda mendengar bunyi keyboard Moog, Prophet atau Emulator di studio rekaman, kemudian mendengarkan bunyi keyboard Roland atau Korg ? Perbedaannya seperti Doyok dengan Shwarzeneger.
Atau perbedaan bunyi dari Reverb Mahal keluaran Yamaha (Asia) seperti Rev7 dengan reverb dari Lexicon (western) seperti 448XL ? Seperti bumi dan langit.
Jadi perjuangan untuk mendapatkan sound rekaman yang bagus mulai dengan pemakaian peralatan yang bagus : Ruangan yang bagus, Tape Recorder atau Digital Recorder yang bagus, Mixer yang bagus, PreAmp yang bagus, Microphones dan Compressor Limiter Expander, Delay Unit, Reverb dan lain lain semuanya harus bagus sampai kepada Kabel Kabel yang bagus.
Tanpa itu, semuanya tidak akan bisa diperbaiki di Mixing (Fix it on the Mix).
Sound yang bagus itu sama sekali bukan dari keahlian kita mengilik-ngilik Equalizer, sama sekali jauh dari itu. EQ malah lebih besar potensi merusaknya dari pada memperbagus sound.
Sound yang bagus itu datangnya dari pemakaian alat alat yang bagus, setting level yang maksimal dan kontrol Gain yang tepat. Bukannya dari pemakaian Reverb, Delay atau Efek Efek lainnya yang bejibun.
Hal itu malah akan bikin nggak jelas mixingan kita. Tambah sedikit efek tambah jernih bunyi rekaman.
Analoginya sama dengan Video : Tambah banyak efek Video tambah kabur gambarnya.
TYPES OF MICROPHONES
Mikrofon itu adalah sebuah Transducer seperti halnya Pick-Up Gitar atau pun Loud Speakers. Transducer adalah alat yang mengubah satu macam energi kedalam bentuk energi lainnya.
Mic merubah energi akustik menjadi energi Electromagnetic.
Bagaimana cara mic merubah energi inilah yang menentukan tipe dari Mic tersebut.
Dynamic atau Moving Coil :
Adalah yang paling umum, seperti Senheiser MD421, Shure SM57 atau SM58.
Kita tidak perlu mendalami bagaimana caranya Dynamic Mic meng-konversi energi, yang perlu kita ketahui adalah Mic Dynamic itu kuat tahan banting dan murah.
Bisa menerima sound dengan level suara yang tinggi tanpa clipping. Tetapi tidak sensitif untuk frekuensi tinggi dan rendah alias Frequency Response-nya terbatas.
Jadi cocok untuk Ampli Gitar yang toh tidak diperlukan untuk mengeluarkan bunyi pada frekuensi diatas 7Khz atau pada Snare Drum, perkusi dan lain lain.
Untuk merekam sesuatu yang perlu definisi High seperti Vocal atau Acoustic Guitar, mic jenis ini kurang cocok.
Kecuali untuk dipanggung, dengan alasan tahan banting.
Condenser :
Mic jenis ini harus memakai power, untuk yang rada murah, memakai batterei didalam mic-nya.
Ini lebih dikenal dengan nama "Electret", buat jenis yang Pro, harus memakai power supply sendiri atau memakai Phantom Power dari Mixer.
Ini akan dijelaskan lebih lanjut pada artikel berikut.
Bagi Engineer pemula yang dilempar sendiri ke sebuah Studio akan bingung mengapa Mic yang dia pasang itu tidak berbunyi, apanya yang salah ? Semua routing sudah benar tapi no-signal. Sementara Mic yang dipasang adalah AKG414 yang condenser itu. Jadi gimana dong ?
Pernah lihat tombol kecil di mixer yang bertuliskan +48Volt ? Itulah Phantom Power.
Tekan saja pada channel dimana Mic itu dikoneksi. Maka "Voila" mic akan berbunyi !
WARNING : Harap diketahui jika sebuah Mic sudah memakai Power Supply Box sendiri, seperti pada Mic Neumann U87 atau Rode Classic Tube maka jangan sekali-kali menekan tombol +48Volt DC di channel yang bersangkutan kecuali anda adalah seorang Teroris yang suka Sabotase.
Mic itu akan rusak seketika !
TIPE LAIN :
Masih banyak lagi tipe mic yang ada di dunia, cukup kita ketahui eksistensinya seperti : Clip-On Mic atau disebut Lavalier (Tipe Sony PCM atau AKG 395), Boundary Mic atau PZM (dari pabrik orisinalnya Crown PZM) yang bentuknya seperti Ikan Pari ditempel dilantai atau dinding, Shot Gun Mic seperti dipakai shooting Sinetron, Stereo M/S mic yang kembar siam dengan dua kepala atau yang berbentuk seperti headphone dipakai dikepala, Ribbon Mic yang sangat ringkih (Fragile) itu dan lain lain.
Bahasa Mic :
Seorang Sound Engineer biasanya bicara Mic dengan menyebutkan nama model : Seperti AKG D12,AKG D112 atau Neumann U47Fet untuk Bass Drum, Shure SM57 untuk Snare atau Ampli Gitar, Ampli Bass atau Floor Tom pakai EV (Electro Voice) RE20 atau PL20, Toms atau Perkusi Dang-Dut pakai Sennheiser MD421, Hi-Hat dan akustik gitar pakai AKG451 atau Shure SM81, Cymbal Overhead pakai AKG414TL atau B-ULS dan Vocal pakai Neumann U87, AKG C12 Tube atau Rode Classic Tube.
Pendatang baru yang masuk didalam konversasi Sound Engineer adalah dari Merek Rode dan Audio Technica.
Untuk jenis Shure yang masuk kategori Pro Recording hanyalah SM57, diluar itu tidak.
Jadi jangan kena tipu Sales marketing yang bersumpah bahwa Mic Shure terbarunya untuk rekaman Vocal itu bagus sekali karena bentuknya besar dan mengerikan.
POLAR PATTERN :
Setiap Tipe Mic mempunyai Polar Pattern atau Pick Up Pattern atau kadang disebut juga dengan "Directional", ini menentukan dimana area sekitar Mic yang sensitif dalam menerima signal. Penting untuk kita ketahui setiap karakter Directional dari Mic yang dipakai agar kita dapat menentukan penempatan yang paling efektif.
BUAH APEL DAN ANGKA DELAPAN :
Sering Operator Indonesia mengatakan Gambar Directional itu dengan nama gambar Apel atau angka delapan.
Gambar seperti buah apel itu disebut Mic yang punya directional Cardioid (seperti hati), semua mic Dynamic hanya mempunyai karakter Cardioid.
Cardioid artinya mic ini hanya sensitif dari depan saja dan kurang sensitif dibagian samping, apa lagi dari belakang.
Kemudian ada yang punya karakter Hypercardioid seperti Mic Shot Gun yang dipakai di Broadcast, ini artinya sensitif dengan jarak jauh kedepan tapi tidak dari samping tetapi ada sedikit dari belakang.
Ada juga yang tipe Supercardioid dengan karakter kurang lebih mirip dengan sebelumnya.
Untuk yang bergambar lingkaran itu namanya Omnidirectional, mengambil signal dari sekelilingnya.
Mic ini cocok dipasang ditengah tengah kerumunan Ibu Ibu Dharma Wanita yang sedang bernyanyi.
Kemudian yang angka delapan, ini disebut Bidirectional atau Figure Eight.
Ini sama sensitifnya dari depan dan belakang tapi tidak dari samping. Cocok untuk backing vocal yang berhadap-hadapan.
Kebanyakan Mic mahal punya setting Directional yang bisa dirubah rubah.
MICPRE dan PHANTOM POWER :
MicPre adalah suatu Amplifier yang meng-amplifikasi signal Mic (-50dBm) menjadi Line Level Signal yang gampang di handle oleh Mixer.
Ini membuat signal memiliki level/gain yang berlimpah serta tidak gampang terpengaruh induksi dari luar (Noise).
MicPre ini berada pada urutan paling pertama dari signal route di Mixer, yaitu pada Rotary Pot paling atas pada suatu Mixer yang biasanya diberi label TRIM atau GAIN.
Seorang Engineer kadang merasa bahwa MicPre yang terdapat pada Mixer-nya (On-Board) itu masih kurang berkualitas.
Dia sangat menyadari bahwa kualitas suara adalah pertama tama produk dari karakter MicPre itu sendiri.
MicPre yang terdapat pada sebuah Mixer itu biasanya berjumlah 24 atau 32 dan jika Mixer itu dipasang MicPre yang berkualitas tinggi (Class A) maka harganya akan melambung tak tergapai oleh Pasar.
Sehingga kompromi pemakaian MicPre rada murahan terpaksa dilakukan untuk menekan harga jual Mixer.
Mixer kelas dunia yang sudah terbukti memiliki MicPre On-Board yang kelas wahid hanya sedikit jumlahnya, misalnya dari Merek SSL (Solid State Logic) dan NEVE dari England.
Ini dua merek yang merupakan favorit para Profesional, yang lainnya lagi adalah Trident, Amek dan Harrison serta Pacifica dari USA.
Diluar dari merek ini dianggap masih kurang Pro oleh banyak Engineer, termasuk SoundCraft yang kami pakai.
Tapi harap di-ingat bahwa Mixer diatas itu umumnya berharga paling murah Rp.750Jt, jadi kalau Mixer anda berharga Rp.250 Jt maka anda pun belum termasuk liga profesional.
Tapi jangan putus asa dulu ! Karena seperti yang sudah dikatakan bahwa MicPre-lah yang paling menentukan karakter sound dari suatu rekaman.
Berarti walaupun Mixer kita belum Pro tapi kita bisa membeli beberapa Outboard MicPre yang Class A seperti Focusrite atau Amek Neve maka kita sedikitnya bisa merasakan sound yang dirasakan oleh para Dewa Dewa Rekaman itu setiap harinya.
Tetapi penting untuk me-routing Output dari MicPre mahal itu kedalam Prosesor seperti Kompresor yang juga berkualitas setara dengan MicPre-nya kemudian dikirim langsung ke pita (recorder).
Jangan sampai output dari MicPre mahal itu dimasukkan lagi ke alat murahan seperti Mixer merek Boss atau Compressor dari Digital Multi Effect, sehingga meng-gagalkan tujuan semula.
Dengan cara Direct To Tape Recoding ini minimal kita memiliki signal kelas wahid didalam recorder kita, selanjutnya untuk Mixing, materi bisa dibawa ketempat yang memiliki Mixer kelas wahid untuk di Mix ataupun ketempat yang memakai ProTools HD III Accel.
Jika kita me-Mix-nya sendiri ditempat kita, maka signal itu kembali masuk kedalam Mixer kita yang rada rada kurang prof sound-nya.
Tetapi karena semua signal sudah Line Level maka tidak terlalu terasa lagi kekurangan dari kualitas Mixer kita itu.
Cara merekam dengan eksternal MicPre seperti dijelaskan diatas itu disebut dengan cara rekaman Direct to Tape.
PHANTOM POWER SUPPLY :
Masih banyak Engineer pemula yang sering rancu tidak mengetahui perbedaan MicPre dengan Microphone Power Supply Box.
Sehingga pemahaman-nya sering terbalik balik, power supply dikira MicPre.
Phantom Power kegunaannya hanya satu yaitu untuk memberi-power buat Microphone yang ber jenis Condenser.
Biasanya Mixer mengirim +48Volts DC melalui kabel Mic untuk mem-power Mic Condenser tersebut, tapi pada Mic jenis mahal memiliki Eksternal Power Supply sendiri berbentuk Kotak dengan beberapa Rotary Pot.
Eksternal Power Supply inilah yang sering dikira MicPre oleh banyak Engineer pemula.
Paling perlu untuk diperhatikan adalah jangan sampai melakukan double power, ini satu kesalahan yang fatal akibatnya.
Seperti sudah ditulis sebelumnya bahwa Mic Condenser mahal sudah memiliki kotak power supply sendiri, misalnya Neumann U87 atau Rode Classic Tube.
Jika Mic ini sudah terpasang ke Mixer lewat kabel XLR dan power supplynya sudah dinyalakan maka please please me jangan sekali-kali menekan tombol +48 yang ada di Mixer.
Kecuali jika intensi anda adalah untuk sabotase studio.
Ini akan memusnahkan mic mahal tersebut.
Juga, jangan sampai mencabut kable mic yang sedang di Phantom dari panel saat mixer masih dalam keadaan monitor signal Mic tersebut. Mic nya akan hancur bleh !!
Kill switch engage dulu channel nya !!
Phantom Power untuk Dynamic Mic tidak akan mengakibatkan kerusakan apa apa.
Beberapa jenis Mixer terutama yang kelas murah atau DAW hanya memiliki satu Phantom Power untuk semua channels, jadi sekali dinyalakan akan mengirim power ke semua channels sekaligus.
Ini bisa menjadi bencana alam jika pada channel lain sudah terkoneksi sebuah Mic seperti Neumann U87 dengan power supply-nya sendiri sementara anda masih perlu untuk memakai Mic Condenser lain lagi yang nota-bene memerlukan Phantom Power dari Mixer.
Jika Phantom dinyalakan maka Neumann akan rusak, jika tidak maka Mic condenser lain nya tidak bisa dipakai. Kalau Mic Condenser anda itu bukan dari jenis Electret yang bisa pakai batterei seperti AKG C1000 maka jalan keluarnya tidak ada, kecuali mencabut Mic Neumann itu dan ganti Mixer yang punya individual Phantom switch pada setiap channel nya.
Kesimpulan nya, Mixer yang mempunyai Phantom Power switch secara keseluruhan bukan nya individual Channels, itu jangan di beli ya, tidak bisa dipakai untuk kerja Profesional.
gitar, elektronika, catur, religi dan matematika, politik, seni budaya, dan semua yang ada didunia ini
Kamis, 15 Maret 2012
Basic Recording 4
GROUP BUS
Bagi yang baru mulai rekaman biasanya masih bingung mengenai konsep bagaimana suatu signal yang di-input kedalam Mixer atau alat rekaman disalurkan menuju hasil akhirnya.
Aspek terpenting adalah mengerti tentang Signal Flow atau Bussing.
Bus bisa di samakan dengan Mobil Bus yang mengantar Turis Turis ( signal ) ketempat yang diatur oleh Tour Operator ( Rec. Engineer ) mereka. Bus adalah jalur dimana Signal dikirim untuk pergi ketempat tempat yang diinginkan, dari Input ke Track dan atau ke Effek Prosesor dan lain lain.
Mixingboard memiliki jalur jalur routing atau bus send yang harus diketahui se-detail mungkin agar tidak tersesat jalan saat liburan ke Bali.;)
Signal yang dikirim melewati Bus itu diatur oleh yang namanya Routing Matrix atau nama lain nya Track Sends. Ini adalah semacam Amplifier Penggabung (Summing Amplifier), amplifier yang dipakai untuk menggabungkan beberapa signal dengan tetap menjaga volume level dan posisi Pan Pot dari masing masing signal tersebut.
Mixer Rekaman umumnya memakai Stereo Bus atau disebut juga AB Bus yang mengirim signal ke satu atau dua tempat sekaligus.
Contohnya Record Bus pada Mixer biasanya terdiri dari pasangan 1 dan 2, 3 dan 4 dan seterusnya. Pan Pot disini berfungsi untuk mengirim signal kepada AB Bus, full kiri maka signal hanya dikirim ke Channel bernomor Ganjil, kanan Genap serta Tengah ke-dua duanya.
Sedikit kiri maka signal akan lebih berat ke kanan dan seterusnya.
Ini disebut Grouping serta Master Fader dari kedua AB Bus ini terdapat pada sisi kanan ( group outs atau Bus outs ) dari Mixer biasanya fader berwarna Merah.
Tetapi hal ini tergantung juga dengan jenis design mixer itu sendiri, apakah In-Line atau Split dan juga tergantung sedang dalam Mode apa Mixer itu di setting : Input atau Tracking.
Hal ini akan diketahui secara bertahap sesuai dengan pengalaman dalam memakai segala jenis Mixer.
PRE FADE dan POST FADE
Signal Routing Pre-Fade atau Post-Fade sesuai dengan sebutan-nya berhubungan dengan signal yang berada sebelum Fader atau sesudah Fader.
Setting Pre Fade dipakai jika sumber signal di-inginkan terlepas dari pengaruh Fader (Independen).
Ini biasanya dipakai jika ingin mendengar level signal yang sebenarnya masuk ke dalam recorder, juga kadang dipakai untuk mengirim ke headphone agar bisa di mix sesuai keinginan musisi tanpa merubah mix di meja.
Setting ini umumnya dipakai untuk memberi reverb pada signal seperti Strings section dari Keyboard atau Stereo Delay tanpa mengeluarkan signal aslinya (Dry).
Ini juga dipakai saat kita ingin suara vocal fade out sementara reverbnya tetap terdengar.
Penggunaan-nya terserah kreatifitas kita sendiri.
Post Fade lebih umum dipakai sehari hari untuk segala macam setting effek karena level Dry dan Wet dikontrol lewat Fader. Fade Out juga akan mengontrol kedua signal Dry serta Wet sekaligus.
Bagi yang baru mulai rekaman biasanya masih bingung mengenai konsep bagaimana suatu signal yang di-input kedalam Mixer atau alat rekaman disalurkan menuju hasil akhirnya.
Aspek terpenting adalah mengerti tentang Signal Flow atau Bussing.
Bus bisa di samakan dengan Mobil Bus yang mengantar Turis Turis ( signal ) ketempat yang diatur oleh Tour Operator ( Rec. Engineer ) mereka. Bus adalah jalur dimana Signal dikirim untuk pergi ketempat tempat yang diinginkan, dari Input ke Track dan atau ke Effek Prosesor dan lain lain.
Mixingboard memiliki jalur jalur routing atau bus send yang harus diketahui se-detail mungkin agar tidak tersesat jalan saat liburan ke Bali.;)
Signal yang dikirim melewati Bus itu diatur oleh yang namanya Routing Matrix atau nama lain nya Track Sends. Ini adalah semacam Amplifier Penggabung (Summing Amplifier), amplifier yang dipakai untuk menggabungkan beberapa signal dengan tetap menjaga volume level dan posisi Pan Pot dari masing masing signal tersebut.
Mixer Rekaman umumnya memakai Stereo Bus atau disebut juga AB Bus yang mengirim signal ke satu atau dua tempat sekaligus.
Contohnya Record Bus pada Mixer biasanya terdiri dari pasangan 1 dan 2, 3 dan 4 dan seterusnya. Pan Pot disini berfungsi untuk mengirim signal kepada AB Bus, full kiri maka signal hanya dikirim ke Channel bernomor Ganjil, kanan Genap serta Tengah ke-dua duanya.
Sedikit kiri maka signal akan lebih berat ke kanan dan seterusnya.
Ini disebut Grouping serta Master Fader dari kedua AB Bus ini terdapat pada sisi kanan ( group outs atau Bus outs ) dari Mixer biasanya fader berwarna Merah.
Tetapi hal ini tergantung juga dengan jenis design mixer itu sendiri, apakah In-Line atau Split dan juga tergantung sedang dalam Mode apa Mixer itu di setting : Input atau Tracking.
Hal ini akan diketahui secara bertahap sesuai dengan pengalaman dalam memakai segala jenis Mixer.
PRE FADE dan POST FADE
Signal Routing Pre-Fade atau Post-Fade sesuai dengan sebutan-nya berhubungan dengan signal yang berada sebelum Fader atau sesudah Fader.
Setting Pre Fade dipakai jika sumber signal di-inginkan terlepas dari pengaruh Fader (Independen).
Ini biasanya dipakai jika ingin mendengar level signal yang sebenarnya masuk ke dalam recorder, juga kadang dipakai untuk mengirim ke headphone agar bisa di mix sesuai keinginan musisi tanpa merubah mix di meja.
Setting ini umumnya dipakai untuk memberi reverb pada signal seperti Strings section dari Keyboard atau Stereo Delay tanpa mengeluarkan signal aslinya (Dry).
Ini juga dipakai saat kita ingin suara vocal fade out sementara reverbnya tetap terdengar.
Penggunaan-nya terserah kreatifitas kita sendiri.
Post Fade lebih umum dipakai sehari hari untuk segala macam setting effek karena level Dry dan Wet dikontrol lewat Fader. Fade Out juga akan mengontrol kedua signal Dry serta Wet sekaligus.
Basic Recording 3
KONEKTOR AUDIO :
Seperti sudah diketahui bahwa semua peralatan Audio memiliki apa yang disebut dengan : Input dan Output atau tempat keluar masuknya Signal.
Gitar atau Keyboard mempunyai Jack Output yang merupakan suatu konektor 1/4 inch unbalanced ( TS - Tip Sleeve ) atau dikenal dengan jack instrument/phono jack.
Untuk mikrofon umumnya memakai apa yang disebut "Balanced XLR", pada peralatan konsumen audio umumnya memakai "RCA konektor" ( kabel yang terdiri dari dari dua kabel merah dan putih ).
Kemudian adalagi "Balanced 1/4 inch atau dikenal dengan sebutan "TRS" atau Tip Ring Sleeve yang umum dipakai untuk DAW dan terakhir ada yang disebut "Bantam konektor" yang berbentuk seperti TRS tapi lebih kecil dan ramping.
Ini umumnya dipakai sebagai kabel patching pada Mixer profesional.
Untuk saat ini kita hanya akan membahas yang paling umum saja, sesuai dengan program sekarang :
MASTER OUT :
Output ini terdiri dari dua channels kiri kanan dan merupakan Output ( keluaran ) Utama dan Terakhir dari sebuah Mixer atau DAW. Output ini selalu memiliki Fader yang umumnya berwarna merah.
Signal dari output ini jika anda memakai Mixer analog maka pasti akan dihubungkan ke input dari Master Recorder yang bisa berbentuk DAT, Pita 1/2 atau 1 inci dan kaset rekorder ataupun kadang bagi sebagian orang, ke semacam Mastering Prosesor seperti "TC Finalizer".
Sesuai namanya output ini berhubungan dengan Master dan konektor yang umum dipakai adalah XLR atau TRS.
MONITOR OUT :
Output ini sebenarnya sama dengan Master Out tetapi bisa dibuat untuk mengirim signal mix yang berbeda dengan Master Out, tergantung setting-an di Mixer anda.
Umumnya output ini dipakai untuk Monitor Speakers, jadi di-inputkan ke Power Amp dari Speaker System. Konektornya adalah TRS atau XLR.
DIGITAL OUT :
Bagi anda yang memakai peralatan Analog, output ini tidak ada.
Output ini menandakan suatu alat memiliki DA Converter ( Digital to Analog ), kadang pada alat Analog prosesor yang mahal dimana output terakhirnya di konversi ke digital.
Output ini dipergunakan untuk menghubungkan dua peralatan digital, misalnya dari DAW ke DAT atau ke effect processor dengan digital in.
Jenisnya ada macam macam antara lain yang umum adalah : Digital Coaxial - Digital Optical - AES EBU/Spdif (XLR digital) ataupun RBus dan Alesis Light Pipe.
PHONES OUT :
Output ini hampir semuanya terdiri dari TRS yang mengandung signal stereo yang sudah melewati potensio meter dan memakai Knob Rotary Pot berputar.
Ini sesuai namanya ditujukan untuk Headphone, kadang terdiri dari dua output untuk dua headphones.
Jika anda ingin memakai lebih dari dua maka harus dihubungkan dulu ke yang namanya Headphone Amp yang memiliki banyak outputs Headphones.
AUX OUTS :
Kadang disebut Auxiliary Sends, setiap Mixer atau DAW maupun Komputer Digital Audio Recording Program memiliki apa yang disebut Aux Sends, tetapi tidak semuanya memiliki Aux Outputs.
Sebagai contoh Soundcard Komputer kadang hanya memiliki 2 channels Master Out dan 2 Channels Aux Out.
Kadang ada yang tidak memilikinya sama sekali. Dalam rekaman, Aux Out sebanyak mungkin adalah yang ideal karena membuat peralatan tersebut jadi lebih fleksibel kegunaannya.
Pada peralatan Digital, out extra berarti harga yang extra juga.
Memiliki Aux Sends tidak selalu berarti memiliki Aux Outs, misalnya pada Program Komputer yang memiliki 8 Aux sends tapi hanya memiliki 1 stereo out channel dan 1 Stereo Aux Out.
Pada Mixer Analog, setiap Aux sends memiliki Patch Point ( Insert Point ) pada Patch Bay yang berfungsi sebagai Output untuk dikirim ke alat prosesor diluar dari Mixer itu sendiri.
Pada DAW seperti Roland VS2480 memiliki 8 outputs yang bisa di assigned ( Tugaskan ) untuk mengambil signal dari mana saja tergantung Digital Patch yang di set, misalnya mengambil signal dari Aux Sends.
Tradisionilnya Aux sends dipakai untuk mengirim signal ke suatu Effect processor.
Dalam kasus Digital, hal ini dilakukan secara internal tanpa mengeluarkan signal tersebut dari dalam alat karena semua effect prosesor memang berupa Plug-In.
Tetapi karena desain dari semua Komputer Audio maupun DAW adalah mengikuti desain Signal Flow dari Mixer Analog maka harus terjadi Patching secara Digital dan Virtual didalam program itu sendiri.
Dalam kasus Analog, signal dari Aux send itu diambil outputnya di Patch Bay untuk kemudian dikirim ke input dari prosesor diluar Mixer yang input outputnya juga sudah dihubungkan ke Patch Bay, ini yang dikenal dengan nama "Patching".
Banyak sekali kegunaan dari Aux Outs ini ditangan seorang Engineer yang kreatif.
AUX RETURNS :
Setiap ada Out pasti ada In, setiap ada Send pasti ada Return.
Artinya adalah tempat menerima kembali signal yang sudah dikirim lewat Aux Send tadi.
Ini juga bisa berarti Extra Input pada sebuah Mixer Analog dimana dimasukkan signal yang berasal dari Output sebuah atau lebih dari satu Prosesor Audio External, ataupun output dari CD Player atau Cassette.
Aux Return ini hanya memiliki satu Rotary Pot saja tidak lebih dari itu. Pada kasus DAW atau Komputer, Aux Return ini sama sekali tidak berarti Extra Input.
Hanya berarti extra track tempat kembalinya signal yang sudah dikirim lewat Aux send ke internal effect prosesor, karena pada peralatan Digital semua Patching dilakukan lewat Software.
Tetapi Aux Return pada DAW ini tidak bisa dipakai untuk merekam Track instrument seperti biasa. Sebenarnya ini hanyalah Output Virtual dari Internal Effect Cards saja, tapi sekali lagi karena desain yang meniru Analog maka disebutlah ini sebagai Aux Returns alias Effect Returns.
INSERT In/Out :
Kalau Aux send return itu lebih diperuntukkan bagi keseluruhan Master Module maka untuk setiap individu channels di Mixer terdapat juga fasilitas semacam itu yang diperuntukkan bagi keperluan Patching Signal dari setiap individual channels itu.
Ini disebut dengan Insertion point : Insert send and return atau Insert In and Out.
Sekedar mengingatkan bahwa semua fasilitas patching ini tidak diatur dengan hukum yang terlarang, anda bebas melakukan patching se-kreatif mungkin dari Master ke Channels atau sebaliknya.
Hanya saja otak anda harus mengikuti Jalur Signal ( Signal Route ) yang anda lakukan dikepala dan di Patching point agar terhindar dari hal memalukan seperti : Feedback Howling !!
FEEDBACK :
Adalah kasus dimana anda nge-patch suatu output point yang ternyata balik ke input point dari channel itu juga setelah melewati beberapa inserts. Kiriman bolak balik terus menerus itu akan menghasilkan signal yang terus menumpuk hingga bisa merusakkan perlatan jika tidak termonitor di speaker.
Jika termonitor maka anda akan mendengarkan suara yang disebut Feedback atau Howling seperti serigala melolong !!
KONEKTOR BALANCED DAN UNBALANCED
Jika berurusan dengan berbagai konektor seperti yang sudah disebutkan itu, hal yang penting disadari adalah : Impedansi dan Balance.
Konsep ini sangat penting diketahui agar dapat merekam instrument dengan level yang maksimal.
IMPEDANCE :
Juga dikenal dengan nama Tahanan atau Hambatan yang terdapat pada alat elektronik.
Semua alat elektronik maupun kabel memiliki friksi alami yang menghambat aliran fluktuasi listrik didalamnya.
Impedansi yang rendah membuat aliran fluktuasi listrik jadi lebih kuat begitu juga sebaliknya.
Impedansi antara berbagai macam peralatan elektronik didalam studio harus selalu sama dan disamakan.
Mengirim signal yang rendah Impedansi ke input dari suatu alat yang tinggi Impedansi akan mengakibatkan problem karena terlalu banyak fluktuasi listrik terkirim.
Suatu input yang dikhususkan untuk Mikrofon akan berbeda impedansinya dengan input khusus untuk Line Level Signal.
Untuk menghubungkan keduanya dibutuhkan "Matching Transformer" alias D.I (Direct Input) Box.
Biasanya keseluruhan input pada sebuah Mixer Profesional adalah Low Impendance (kecuali pada Insert Point), jadi kebutuhan adanya DI Box sangat diperlukan pada studio yang memakai Mixer Profesional.
Pada kasus DAW atau Komputer Interface, biasanya bervariasi antara jumlah input Mic (Low Impedance) dan Line (High Impedance).
Impedansi ukurannya adalah : Ohms
1000 Ohms atau lebih dikategorikan sebagai Impedansi Tinggi
600 Ohms atau kurang disebut Impedansi rendah.
BALANCED DAN UNBALANCED :
Umumnya semua Input dan Output dari peralatan Audio ada yang Balanced (Pofesional) ataupun Unbalanced (Semi Pro).
Perbedaannya yaitu Balanced memakai kabel ekstra ke-tiga yang berfungsi melindungi panjang kabel dari noise, sementara Unbalanced hanya memakai kabel isi dua.
Memakai kabel unbalanced untuk sebuah alat yang balanced akan mengakibatkan gampang terjadi noise, terutama jika panjang kabel lebih dari 7 meter.
Pertimbangan untuk selalu memakai kabel yang sesuai dengan peralatan, hanyalah masalah Noise yang bisa terjadi karena adanya induksi sepanjang jalur kabel.
Disamping itu, mengapa memakai kabel isi tiga kalau hanya isi dua yang diperlukan ? Sementara harganya lebih mahal.
Ada baiknya diketahui bahwa Balanced Unbalanced biasanya berhubungan dengan Impedansi, seperti Kabel XLR selalu pasti Balanced tetapi kabel TRS kadang ada yang balanced kadang ada yang tidak dan kadang ada yang Low Impedance kadang ada yang High Impedance.
Ini semua penting disadari dan untuk memeriksa impedansi dari suatu alat dapat dibaca tulisan pada alat itu sendiri atau pada buku manual.
Tapi yang lebih penting lagi adalah posisi kabel saat di solder, jangan ada yang terbalik balik antara beberapa kabel, posisi Hot, Cold dan Ground-nya.
Seperti sudah diketahui bahwa semua peralatan Audio memiliki apa yang disebut dengan : Input dan Output atau tempat keluar masuknya Signal.
Gitar atau Keyboard mempunyai Jack Output yang merupakan suatu konektor 1/4 inch unbalanced ( TS - Tip Sleeve ) atau dikenal dengan jack instrument/phono jack.
Untuk mikrofon umumnya memakai apa yang disebut "Balanced XLR", pada peralatan konsumen audio umumnya memakai "RCA konektor" ( kabel yang terdiri dari dari dua kabel merah dan putih ).
Kemudian adalagi "Balanced 1/4 inch atau dikenal dengan sebutan "TRS" atau Tip Ring Sleeve yang umum dipakai untuk DAW dan terakhir ada yang disebut "Bantam konektor" yang berbentuk seperti TRS tapi lebih kecil dan ramping.
Ini umumnya dipakai sebagai kabel patching pada Mixer profesional.
Untuk saat ini kita hanya akan membahas yang paling umum saja, sesuai dengan program sekarang :
MASTER OUT :
Output ini terdiri dari dua channels kiri kanan dan merupakan Output ( keluaran ) Utama dan Terakhir dari sebuah Mixer atau DAW. Output ini selalu memiliki Fader yang umumnya berwarna merah.
Signal dari output ini jika anda memakai Mixer analog maka pasti akan dihubungkan ke input dari Master Recorder yang bisa berbentuk DAT, Pita 1/2 atau 1 inci dan kaset rekorder ataupun kadang bagi sebagian orang, ke semacam Mastering Prosesor seperti "TC Finalizer".
Sesuai namanya output ini berhubungan dengan Master dan konektor yang umum dipakai adalah XLR atau TRS.
MONITOR OUT :
Output ini sebenarnya sama dengan Master Out tetapi bisa dibuat untuk mengirim signal mix yang berbeda dengan Master Out, tergantung setting-an di Mixer anda.
Umumnya output ini dipakai untuk Monitor Speakers, jadi di-inputkan ke Power Amp dari Speaker System. Konektornya adalah TRS atau XLR.
DIGITAL OUT :
Bagi anda yang memakai peralatan Analog, output ini tidak ada.
Output ini menandakan suatu alat memiliki DA Converter ( Digital to Analog ), kadang pada alat Analog prosesor yang mahal dimana output terakhirnya di konversi ke digital.
Output ini dipergunakan untuk menghubungkan dua peralatan digital, misalnya dari DAW ke DAT atau ke effect processor dengan digital in.
Jenisnya ada macam macam antara lain yang umum adalah : Digital Coaxial - Digital Optical - AES EBU/Spdif (XLR digital) ataupun RBus dan Alesis Light Pipe.
PHONES OUT :
Output ini hampir semuanya terdiri dari TRS yang mengandung signal stereo yang sudah melewati potensio meter dan memakai Knob Rotary Pot berputar.
Ini sesuai namanya ditujukan untuk Headphone, kadang terdiri dari dua output untuk dua headphones.
Jika anda ingin memakai lebih dari dua maka harus dihubungkan dulu ke yang namanya Headphone Amp yang memiliki banyak outputs Headphones.
AUX OUTS :
Kadang disebut Auxiliary Sends, setiap Mixer atau DAW maupun Komputer Digital Audio Recording Program memiliki apa yang disebut Aux Sends, tetapi tidak semuanya memiliki Aux Outputs.
Sebagai contoh Soundcard Komputer kadang hanya memiliki 2 channels Master Out dan 2 Channels Aux Out.
Kadang ada yang tidak memilikinya sama sekali. Dalam rekaman, Aux Out sebanyak mungkin adalah yang ideal karena membuat peralatan tersebut jadi lebih fleksibel kegunaannya.
Pada peralatan Digital, out extra berarti harga yang extra juga.
Memiliki Aux Sends tidak selalu berarti memiliki Aux Outs, misalnya pada Program Komputer yang memiliki 8 Aux sends tapi hanya memiliki 1 stereo out channel dan 1 Stereo Aux Out.
Pada Mixer Analog, setiap Aux sends memiliki Patch Point ( Insert Point ) pada Patch Bay yang berfungsi sebagai Output untuk dikirim ke alat prosesor diluar dari Mixer itu sendiri.
Pada DAW seperti Roland VS2480 memiliki 8 outputs yang bisa di assigned ( Tugaskan ) untuk mengambil signal dari mana saja tergantung Digital Patch yang di set, misalnya mengambil signal dari Aux Sends.
Tradisionilnya Aux sends dipakai untuk mengirim signal ke suatu Effect processor.
Dalam kasus Digital, hal ini dilakukan secara internal tanpa mengeluarkan signal tersebut dari dalam alat karena semua effect prosesor memang berupa Plug-In.
Tetapi karena desain dari semua Komputer Audio maupun DAW adalah mengikuti desain Signal Flow dari Mixer Analog maka harus terjadi Patching secara Digital dan Virtual didalam program itu sendiri.
Dalam kasus Analog, signal dari Aux send itu diambil outputnya di Patch Bay untuk kemudian dikirim ke input dari prosesor diluar Mixer yang input outputnya juga sudah dihubungkan ke Patch Bay, ini yang dikenal dengan nama "Patching".
Banyak sekali kegunaan dari Aux Outs ini ditangan seorang Engineer yang kreatif.
AUX RETURNS :
Setiap ada Out pasti ada In, setiap ada Send pasti ada Return.
Artinya adalah tempat menerima kembali signal yang sudah dikirim lewat Aux Send tadi.
Ini juga bisa berarti Extra Input pada sebuah Mixer Analog dimana dimasukkan signal yang berasal dari Output sebuah atau lebih dari satu Prosesor Audio External, ataupun output dari CD Player atau Cassette.
Aux Return ini hanya memiliki satu Rotary Pot saja tidak lebih dari itu. Pada kasus DAW atau Komputer, Aux Return ini sama sekali tidak berarti Extra Input.
Hanya berarti extra track tempat kembalinya signal yang sudah dikirim lewat Aux send ke internal effect prosesor, karena pada peralatan Digital semua Patching dilakukan lewat Software.
Tetapi Aux Return pada DAW ini tidak bisa dipakai untuk merekam Track instrument seperti biasa. Sebenarnya ini hanyalah Output Virtual dari Internal Effect Cards saja, tapi sekali lagi karena desain yang meniru Analog maka disebutlah ini sebagai Aux Returns alias Effect Returns.
INSERT In/Out :
Kalau Aux send return itu lebih diperuntukkan bagi keseluruhan Master Module maka untuk setiap individu channels di Mixer terdapat juga fasilitas semacam itu yang diperuntukkan bagi keperluan Patching Signal dari setiap individual channels itu.
Ini disebut dengan Insertion point : Insert send and return atau Insert In and Out.
Sekedar mengingatkan bahwa semua fasilitas patching ini tidak diatur dengan hukum yang terlarang, anda bebas melakukan patching se-kreatif mungkin dari Master ke Channels atau sebaliknya.
Hanya saja otak anda harus mengikuti Jalur Signal ( Signal Route ) yang anda lakukan dikepala dan di Patching point agar terhindar dari hal memalukan seperti : Feedback Howling !!
FEEDBACK :
Adalah kasus dimana anda nge-patch suatu output point yang ternyata balik ke input point dari channel itu juga setelah melewati beberapa inserts. Kiriman bolak balik terus menerus itu akan menghasilkan signal yang terus menumpuk hingga bisa merusakkan perlatan jika tidak termonitor di speaker.
Jika termonitor maka anda akan mendengarkan suara yang disebut Feedback atau Howling seperti serigala melolong !!
KONEKTOR BALANCED DAN UNBALANCED
Jika berurusan dengan berbagai konektor seperti yang sudah disebutkan itu, hal yang penting disadari adalah : Impedansi dan Balance.
Konsep ini sangat penting diketahui agar dapat merekam instrument dengan level yang maksimal.
IMPEDANCE :
Juga dikenal dengan nama Tahanan atau Hambatan yang terdapat pada alat elektronik.
Semua alat elektronik maupun kabel memiliki friksi alami yang menghambat aliran fluktuasi listrik didalamnya.
Impedansi yang rendah membuat aliran fluktuasi listrik jadi lebih kuat begitu juga sebaliknya.
Impedansi antara berbagai macam peralatan elektronik didalam studio harus selalu sama dan disamakan.
Mengirim signal yang rendah Impedansi ke input dari suatu alat yang tinggi Impedansi akan mengakibatkan problem karena terlalu banyak fluktuasi listrik terkirim.
Suatu input yang dikhususkan untuk Mikrofon akan berbeda impedansinya dengan input khusus untuk Line Level Signal.
Untuk menghubungkan keduanya dibutuhkan "Matching Transformer" alias D.I (Direct Input) Box.
Biasanya keseluruhan input pada sebuah Mixer Profesional adalah Low Impendance (kecuali pada Insert Point), jadi kebutuhan adanya DI Box sangat diperlukan pada studio yang memakai Mixer Profesional.
Pada kasus DAW atau Komputer Interface, biasanya bervariasi antara jumlah input Mic (Low Impedance) dan Line (High Impedance).
Impedansi ukurannya adalah : Ohms
1000 Ohms atau lebih dikategorikan sebagai Impedansi Tinggi
600 Ohms atau kurang disebut Impedansi rendah.
BALANCED DAN UNBALANCED :
Umumnya semua Input dan Output dari peralatan Audio ada yang Balanced (Pofesional) ataupun Unbalanced (Semi Pro).
Perbedaannya yaitu Balanced memakai kabel ekstra ke-tiga yang berfungsi melindungi panjang kabel dari noise, sementara Unbalanced hanya memakai kabel isi dua.
Memakai kabel unbalanced untuk sebuah alat yang balanced akan mengakibatkan gampang terjadi noise, terutama jika panjang kabel lebih dari 7 meter.
Pertimbangan untuk selalu memakai kabel yang sesuai dengan peralatan, hanyalah masalah Noise yang bisa terjadi karena adanya induksi sepanjang jalur kabel.
Disamping itu, mengapa memakai kabel isi tiga kalau hanya isi dua yang diperlukan ? Sementara harganya lebih mahal.
Ada baiknya diketahui bahwa Balanced Unbalanced biasanya berhubungan dengan Impedansi, seperti Kabel XLR selalu pasti Balanced tetapi kabel TRS kadang ada yang balanced kadang ada yang tidak dan kadang ada yang Low Impedance kadang ada yang High Impedance.
Ini semua penting disadari dan untuk memeriksa impedansi dari suatu alat dapat dibaca tulisan pada alat itu sendiri atau pada buku manual.
Tapi yang lebih penting lagi adalah posisi kabel saat di solder, jangan ada yang terbalik balik antara beberapa kabel, posisi Hot, Cold dan Ground-nya.
Basic Recording 2
MIXER SIGNAL FLOW ( Signal Route )
Mixer adalah alat yang berfungsi untuk menyalurkan sekaligus mengontrol signal dari dan ke Multi Track Recorder. Jika Recorder dimisalkan sebagai Jantung, maka Mixer adalah Sistem Arteri Pembuluh Darah.
Sangat penting untuk mengetahui sistem signal routing dalam sebuah mixer, sama seperti kita mengetahui kemana saja keran air yang ada dirumah kita mengucur setelah mendapat distribusi dari PAM.
Jangan sampai ada keran air yang tidak diketahui keberadaan-nya, sehingga air harus jauh jauh disalurkan padahal ternyata ada sumber yang lebih dekat.
Otomatis air yang disalurkan dari jauh itu akan berkurang derasnya ( gain nya ), dibanding kalau disalurkan dari keran yang lebih dekat.
Untuk mengontrol derasnya air ( gain ) tersebut pada dunia Audio dipakai apa yang disebut PreAmp ataupun Potensio.
Jenis Desain Mixer :
Desain dari Mixer ada beberapa jenis dan bervariasi tergantung mereknya.
Tapi umumnya ada yang dikenal dengan Desain Split serta In-Line.
Pada Mixer Pro yang mahal umumnya memakai sistem In-Line dan pada Mixer Semi Pro memakai sistem Split.
Ada juga yang menggabungkan kedua tipe didalam satu rancangan misalnya Mixer buatan Mackie yang mereka sebut dengan jenis "Spline" (Split and In-Line).
Mixer In-Line cenderung lebih rumit rancangannya dan jenis Split lebih gampang dimengerti konsep signal flow-nya. Mixer Mackie lebih rumit lagi karena lebih fleksibel dalam fasilitas signal routing-nya.
Umumnya Mixer hanya terdiri dari 3 bagian yaitu : Input Modules atau Input Strips yang biasanya terletak di bagian kiri dan berjumlah bisa 8, 16, 24 atau 32 tergantung jenisnya untuk Live Sound ataukah untuk Rekaman.
Kemudian ditengah Mixer selalu terdapat Master Module yang berurusan dengan segala hal yang menyangkut Master dan disebelah kanan ( pada design Split ) terdapat Group Module atau Group Busses.
Ini didalam dunia rekaman disebut dengan nama Tape Sends, yang umumnya terdiri dari Fader berwarna merah yang jumlahnya bisa 8, 12, 16, atau 24.
Tergantung desain Mixer itu sendiri, prinsipnya lebih banyak Bus lebih menguntungkan.
Mixer Mackie terkenal dengan hanya 8 Bus dan ULU-10 Studio - Bali, memakai SoundCraft TS 12 bus Inline.
Masih adalagi TS24 dengan 24 bus, lebih banyak Bus otomatis lebih mahal tetapi lebih praktis jika bekerja dengan banyak input yang langsung menuju ke Multi Track Tape Recorder.
Untuk jenis SPLIT, diatas fader Tape Sends atau Group Busses itu terdapat lagi fader fader kecil yang berfungsi untuk memonitor keluaran dari Pita atau disebut Tape Returns atau Track Monitors.
Tapi bagi Mixer INLINE, track monitornya dikembalikan lagi ke Input Channel Strips yang berada di sebelah kiri tadi, biasanya dalam bentuk rotary pot diatas dari nomor track yang ada di Tape Recorder.
Misalnya dalam Mixer In-Line jika anda ingin monitor track gitar yang anda rekam ke track 7 misalnya tapi memakai Channel input 2 maka anda harus monitor di Tape Returns (Rotary Pot) dari Channel 7 yang sementara Inputnya anda pakai misalnya untuk Conga.
Hal seperti ini banyak membingungkan Engineer yang tidak biasa memakai Mixer In-Line karena sudah terbiasa dengan kesederhanaan Mixer Split.
Pada Mixer Split, tergantung keadaan Mode dari Mixer apakah sedang Input atau Mix.
Dalam posisi dubbing, umumnya input dikiri dan monitor Recording Track dikanan atas (Fader kecil diatas Fader merah Group).
Mixer Mode :
Pada Mixer Split biasanya terdapat tombol Mode global yang seketika akan merubah mode kerja dari Mixer antara sedang Input atau sedang Overdub ataupun sedang Mixing.
Ketiga proses kerja diatas ini : Input ( Basic Track atau Guide Track ) , Overdub dan Mixing, membutuhkan settingan Mixer yang berbeda beda, ini disebut Mode.
Karena pada saat pertama kita merekam Guide Track maka tentunya belum ada track lain di pita yang harus kita dengarkan sebagai referensi kan ? Kemudian saat ingin mulai menambahkan material pada track baru, maka kita harus monitor track guide yang sudah kita rekam sebelumnya kan ? Ini disebut Overdubbing Stage dan Mixer harus di set untuk menyesuaikan diri agar track sebelumnya bisa di dengarkan sambil merekam keatas track baru.
Begitu juga pada saat proses Mixing, meja perlu di set sesuai untuk keperluan Mixing lengkap dengan channels auxiliary bagi processor2 yang akan dipakai.
Intinya harus disadari perbedaan antara Input dengan Track Return, umumnya dalam rekaman kita sebaiknya selalu monitor lewat Track Return agar jika ada distorsi atau problem di Pita dapat segera di ketahui.
Jika kita hanya monitor lewat Input maka problem rekaman di Pita akan lolos tak terdeteksi.
Masih banyak lagi desain signal flow dari berbagai macam Mixer yang hanya bisa diketahui jika anda mencobanya sendiri.
SoundCraft TS12 juga agak berbeda dengan Model lainnya karena input serta Track Return-nya dapat dirubah apakah memakai Fader atau Rotary Pot diatas Fader, tergantung dari setting-an yang kita perlukan.
Signal Routing :
Pertama tama Signal masuk ke dalam Mixer melewati Input Gain PreAmp, untuk Mixer Pro umumnya terdiri dari Balanced Low Impedance XLR inputs yang jumlahnya kadang kelipatan dari 8 atau 6, 16 atau 24 dan 32.
Pada Mixer Semi Pro atau DAW maka akan terdapat dua macam input : XLR dan TRS alias Mic dan Line In. Untuk saat ini DAW terbanyak hanya memiliki input sebanyak 8 XLR dan 8 TRS, kalau Digital Mixer memiliki jumlah input yang sama dengan jenis analog.
Selanjutnya Signal dari PreAmp itu melewati On-board EQ (Equalizer) yang bisa di by pass dengan tombol on-off, kemudian masuk lagi ke Aux Sends yang berjumlah kadang 4, 6 atau 8 buah.
Aux sends ini dapat diganti urutan tempatnya, apakah sebelum melewati komponen selanjutnya yang disebut Fader atau setelahnya. Ini yang disebut dengan Pre atau Post Fader Send.
Kalau Pre berarti kiriman itu tidak terpengaruh oleh posisi fader dan kalau Post berarti kiriman terpengaruh oleh besar kecilnya posisi Fader.
Setelah Channel fader maka signal masuk kedalam suatu Stereo Routing Bus dengan Rotary Pot yang disebut Pan Pot. Pan Pot ini yang menentukan signal dikirim kekanan atau kekiri dari Routing Matrix.
Routing Matrix atau Track Assign terdiri dari banyak tombol kecil yang bernomor 1 sampai 24 bagi Mixer dengan 24 bus atau 1 sampai 8 bagi Mixer 8 bus.
TS12 mempunyai Routing Matrix bernomor 1 sampai 12. Routing Matrix ini dirancang berpasangan, ganjil dikiri dan genap dikanan.
Jika anda hendak mengirim ke Track 3 maka Pan Pot diputar kekiri dan tombol nomor 3 ditekan. Tapi bagaimana dengan Mackie yang hanya punya 8 bus, bagaimana caranya memasukkan ke Track nomor 9 ?
Atau bagaimana dengan TS12 jika hendak masuk ke Track nomor 13 dan selanjutnya ? Routing Matrix ini dicabang tiga untuk Mackie dan cabang dua untuk TS12.
Jadi untuk track 9 atau 17 sama halnya dengan tombol nomor 1 di Mackie, untuk TS12 track 13 sama halnya dengan tombol nomor 1.
Rancangan ini ada komprominya, bagaimana jika kita ingin merekam gitar di track 1 dan Bass di track 13 pada Mixer SoundCraft TS12. Untuk kasus ini kita terpaksa harus memakai sistem Patching di Patch Bay. Patch Bay itu adalah sekelompok input output yang berjejer jejer disebelah paling kanan dari sebuah Mixer. Bagi Mixer dengan 24 bus maka kasus ini tidak akan terjadi.
Setelah signal melewati Routing Matrix ini maka sesuai nomor assign-nya maka signal itu akan keluar di sebelah kanan dari Mixer yaitu pada Group Busses, untuk TS 12 terdapat 12 Fader merah disebelah kanan.
Jadi kalau anda mengirim ke bus nomor 18 maka anda sudah akan segera tahu Fader ke 6 yang akan mengontrol signal itu.
Jika Tape Recorder sudah dalam keadaan Track 18 Input Ready, maka akan segera terlihat jarum VU meter pada track 18 bergerak sesuai signal yang ada pada input channels Mixer yang misalnya berasal dari Ampli Gitar didalam ruangan Studio.
Misalnya signal Ampli Gitar ini masuk lewat input channel 2 dari Mixer dan dikirim ke Track 18 maka seharusnya anda monitor suaranya lewat Tape Return dari Track 18.
Hindari monitor dari channel input 2 dengan alasan yang sudah disebut sebelumnya diatas.
Patch Bay :
Setiap point dari signal route yang disebutkan diatas, terdapat apa yang disebut "Insert Point".
Ini berfungsi memutuskan signal pada point tersebut untuk dikeluarkan dari channel menuju ketempat lainnya, bisa keluar dari Mixer misalnya ke Kompresor atau kembali kedalam Mixer untuk masuk ke Channel lainnya (dicabang dua).
Setiap feature dari Mixer masing masing mempunyai Insertion Point pada Patch Bay.
Dalam melakukan Patching, harus di-ingat persamaan seperti menyalurkan air dari jauh tanpa mengetahui kalau ternyata ada keran yang lebih dekat posisinya.
Melakukan Patching harus efektif dalam memilih posisi insertion point yang paling tepat alias jalur signal yang paling singkat.
Juga harus di hindari agar jangan sampai terjadi Umpan Balik atau Feedback beibeh !! ;)
Pada Digital Recording Workstation ( Computer Recording ), Patching juga dilakukan persis seperti pada Analog tetapi hanya secara Virtual didalam Software.
Pengertian mengenai Patching Analog sangat dibutuhkan agar seseorang paham betul dengan maksud dan tujuan dalam proses Patching.
Semua ini kita bicarakan mengenai Internal Bussing didalam Mixer memakai Routing Matrix yang juga merupakan suatu Summing Amplifier.
Semua titik titik Bus ini mempunyai "Insert Point" dimana Signal bisa diambil keluar atau di masukkan kembali pada titik titik itu dari suatu tempat lain, misalnya Efek Prosesor dan lain sebagainya.
Semua Insert Point ini terdapat pada sisi paling kanan dari sebuah Mixer dimana terdapat ratusan konektor in-out yang umumnya memakai Konektor jenis Bantam untuk memperkecil pemakaian tempat, ini yang disebut "Patch Bay".
Jika sudah kita ketahui bahwa Signal Routing itu akan melewati banyak Routing Matrix serta titik titik Bus didalam internal Mixer.
Juga bahwa kita dapat mengambil signal keluar atau mengirim kedalam pada point point tersebut. Maka harus dipikirkan jalur signal yang paling efektif agar tidak melalui banyak jalur yang hanya akan mengurangi kejernihan signal.
Jalur yang terdekat tentunya adalah dari Input PreAmp Mixer langsung ke Recoder tanpa melewati Aux Send, EQ, AB Bus dan lain lain. Mungkin sebelumnya mampir dulu ke Outboard Prosesor di rack.
Direct To Tape :
Ini membuat kita kembali pada trend rekaman yang disebut "Direct To Tape" yang sudah dibahas sedikit pada Module sebelumnya.
Intinya Tehnik Direct To Tape bertujuan untuk menghindari Routing Matrix yang terdapat pada Mixer dan juga mem-By Pass Mic Pre Amp dari Mixer yang mungkin kurang bermutu dengan memakai PreAmp dari luar (Eksternal) yang lebih bagus bunyinya.
Sehingga Mixer hanya berfungsi sebagai alat untuk Monitor Signal dari Recorder saja bukan dipakai untuk amplifikasi dan manipulasi signal.
Mixer adalah alat yang berfungsi untuk menyalurkan sekaligus mengontrol signal dari dan ke Multi Track Recorder. Jika Recorder dimisalkan sebagai Jantung, maka Mixer adalah Sistem Arteri Pembuluh Darah.
Sangat penting untuk mengetahui sistem signal routing dalam sebuah mixer, sama seperti kita mengetahui kemana saja keran air yang ada dirumah kita mengucur setelah mendapat distribusi dari PAM.
Jangan sampai ada keran air yang tidak diketahui keberadaan-nya, sehingga air harus jauh jauh disalurkan padahal ternyata ada sumber yang lebih dekat.
Otomatis air yang disalurkan dari jauh itu akan berkurang derasnya ( gain nya ), dibanding kalau disalurkan dari keran yang lebih dekat.
Untuk mengontrol derasnya air ( gain ) tersebut pada dunia Audio dipakai apa yang disebut PreAmp ataupun Potensio.
Jenis Desain Mixer :
Desain dari Mixer ada beberapa jenis dan bervariasi tergantung mereknya.
Tapi umumnya ada yang dikenal dengan Desain Split serta In-Line.
Pada Mixer Pro yang mahal umumnya memakai sistem In-Line dan pada Mixer Semi Pro memakai sistem Split.
Ada juga yang menggabungkan kedua tipe didalam satu rancangan misalnya Mixer buatan Mackie yang mereka sebut dengan jenis "Spline" (Split and In-Line).
Mixer In-Line cenderung lebih rumit rancangannya dan jenis Split lebih gampang dimengerti konsep signal flow-nya. Mixer Mackie lebih rumit lagi karena lebih fleksibel dalam fasilitas signal routing-nya.
Umumnya Mixer hanya terdiri dari 3 bagian yaitu : Input Modules atau Input Strips yang biasanya terletak di bagian kiri dan berjumlah bisa 8, 16, 24 atau 32 tergantung jenisnya untuk Live Sound ataukah untuk Rekaman.
Kemudian ditengah Mixer selalu terdapat Master Module yang berurusan dengan segala hal yang menyangkut Master dan disebelah kanan ( pada design Split ) terdapat Group Module atau Group Busses.
Ini didalam dunia rekaman disebut dengan nama Tape Sends, yang umumnya terdiri dari Fader berwarna merah yang jumlahnya bisa 8, 12, 16, atau 24.
Tergantung desain Mixer itu sendiri, prinsipnya lebih banyak Bus lebih menguntungkan.
Mixer Mackie terkenal dengan hanya 8 Bus dan ULU-10 Studio - Bali, memakai SoundCraft TS 12 bus Inline.
Masih adalagi TS24 dengan 24 bus, lebih banyak Bus otomatis lebih mahal tetapi lebih praktis jika bekerja dengan banyak input yang langsung menuju ke Multi Track Tape Recorder.
Untuk jenis SPLIT, diatas fader Tape Sends atau Group Busses itu terdapat lagi fader fader kecil yang berfungsi untuk memonitor keluaran dari Pita atau disebut Tape Returns atau Track Monitors.
Tapi bagi Mixer INLINE, track monitornya dikembalikan lagi ke Input Channel Strips yang berada di sebelah kiri tadi, biasanya dalam bentuk rotary pot diatas dari nomor track yang ada di Tape Recorder.
Misalnya dalam Mixer In-Line jika anda ingin monitor track gitar yang anda rekam ke track 7 misalnya tapi memakai Channel input 2 maka anda harus monitor di Tape Returns (Rotary Pot) dari Channel 7 yang sementara Inputnya anda pakai misalnya untuk Conga.
Hal seperti ini banyak membingungkan Engineer yang tidak biasa memakai Mixer In-Line karena sudah terbiasa dengan kesederhanaan Mixer Split.
Pada Mixer Split, tergantung keadaan Mode dari Mixer apakah sedang Input atau Mix.
Dalam posisi dubbing, umumnya input dikiri dan monitor Recording Track dikanan atas (Fader kecil diatas Fader merah Group).
Mixer Mode :
Pada Mixer Split biasanya terdapat tombol Mode global yang seketika akan merubah mode kerja dari Mixer antara sedang Input atau sedang Overdub ataupun sedang Mixing.
Ketiga proses kerja diatas ini : Input ( Basic Track atau Guide Track ) , Overdub dan Mixing, membutuhkan settingan Mixer yang berbeda beda, ini disebut Mode.
Karena pada saat pertama kita merekam Guide Track maka tentunya belum ada track lain di pita yang harus kita dengarkan sebagai referensi kan ? Kemudian saat ingin mulai menambahkan material pada track baru, maka kita harus monitor track guide yang sudah kita rekam sebelumnya kan ? Ini disebut Overdubbing Stage dan Mixer harus di set untuk menyesuaikan diri agar track sebelumnya bisa di dengarkan sambil merekam keatas track baru.
Begitu juga pada saat proses Mixing, meja perlu di set sesuai untuk keperluan Mixing lengkap dengan channels auxiliary bagi processor2 yang akan dipakai.
Intinya harus disadari perbedaan antara Input dengan Track Return, umumnya dalam rekaman kita sebaiknya selalu monitor lewat Track Return agar jika ada distorsi atau problem di Pita dapat segera di ketahui.
Jika kita hanya monitor lewat Input maka problem rekaman di Pita akan lolos tak terdeteksi.
Masih banyak lagi desain signal flow dari berbagai macam Mixer yang hanya bisa diketahui jika anda mencobanya sendiri.
SoundCraft TS12 juga agak berbeda dengan Model lainnya karena input serta Track Return-nya dapat dirubah apakah memakai Fader atau Rotary Pot diatas Fader, tergantung dari setting-an yang kita perlukan.
Signal Routing :
Pertama tama Signal masuk ke dalam Mixer melewati Input Gain PreAmp, untuk Mixer Pro umumnya terdiri dari Balanced Low Impedance XLR inputs yang jumlahnya kadang kelipatan dari 8 atau 6, 16 atau 24 dan 32.
Pada Mixer Semi Pro atau DAW maka akan terdapat dua macam input : XLR dan TRS alias Mic dan Line In. Untuk saat ini DAW terbanyak hanya memiliki input sebanyak 8 XLR dan 8 TRS, kalau Digital Mixer memiliki jumlah input yang sama dengan jenis analog.
Selanjutnya Signal dari PreAmp itu melewati On-board EQ (Equalizer) yang bisa di by pass dengan tombol on-off, kemudian masuk lagi ke Aux Sends yang berjumlah kadang 4, 6 atau 8 buah.
Aux sends ini dapat diganti urutan tempatnya, apakah sebelum melewati komponen selanjutnya yang disebut Fader atau setelahnya. Ini yang disebut dengan Pre atau Post Fader Send.
Kalau Pre berarti kiriman itu tidak terpengaruh oleh posisi fader dan kalau Post berarti kiriman terpengaruh oleh besar kecilnya posisi Fader.
Setelah Channel fader maka signal masuk kedalam suatu Stereo Routing Bus dengan Rotary Pot yang disebut Pan Pot. Pan Pot ini yang menentukan signal dikirim kekanan atau kekiri dari Routing Matrix.
Routing Matrix atau Track Assign terdiri dari banyak tombol kecil yang bernomor 1 sampai 24 bagi Mixer dengan 24 bus atau 1 sampai 8 bagi Mixer 8 bus.
TS12 mempunyai Routing Matrix bernomor 1 sampai 12. Routing Matrix ini dirancang berpasangan, ganjil dikiri dan genap dikanan.
Jika anda hendak mengirim ke Track 3 maka Pan Pot diputar kekiri dan tombol nomor 3 ditekan. Tapi bagaimana dengan Mackie yang hanya punya 8 bus, bagaimana caranya memasukkan ke Track nomor 9 ?
Atau bagaimana dengan TS12 jika hendak masuk ke Track nomor 13 dan selanjutnya ? Routing Matrix ini dicabang tiga untuk Mackie dan cabang dua untuk TS12.
Jadi untuk track 9 atau 17 sama halnya dengan tombol nomor 1 di Mackie, untuk TS12 track 13 sama halnya dengan tombol nomor 1.
Rancangan ini ada komprominya, bagaimana jika kita ingin merekam gitar di track 1 dan Bass di track 13 pada Mixer SoundCraft TS12. Untuk kasus ini kita terpaksa harus memakai sistem Patching di Patch Bay. Patch Bay itu adalah sekelompok input output yang berjejer jejer disebelah paling kanan dari sebuah Mixer. Bagi Mixer dengan 24 bus maka kasus ini tidak akan terjadi.
Setelah signal melewati Routing Matrix ini maka sesuai nomor assign-nya maka signal itu akan keluar di sebelah kanan dari Mixer yaitu pada Group Busses, untuk TS 12 terdapat 12 Fader merah disebelah kanan.
Jadi kalau anda mengirim ke bus nomor 18 maka anda sudah akan segera tahu Fader ke 6 yang akan mengontrol signal itu.
Jika Tape Recorder sudah dalam keadaan Track 18 Input Ready, maka akan segera terlihat jarum VU meter pada track 18 bergerak sesuai signal yang ada pada input channels Mixer yang misalnya berasal dari Ampli Gitar didalam ruangan Studio.
Misalnya signal Ampli Gitar ini masuk lewat input channel 2 dari Mixer dan dikirim ke Track 18 maka seharusnya anda monitor suaranya lewat Tape Return dari Track 18.
Hindari monitor dari channel input 2 dengan alasan yang sudah disebut sebelumnya diatas.
Patch Bay :
Setiap point dari signal route yang disebutkan diatas, terdapat apa yang disebut "Insert Point".
Ini berfungsi memutuskan signal pada point tersebut untuk dikeluarkan dari channel menuju ketempat lainnya, bisa keluar dari Mixer misalnya ke Kompresor atau kembali kedalam Mixer untuk masuk ke Channel lainnya (dicabang dua).
Setiap feature dari Mixer masing masing mempunyai Insertion Point pada Patch Bay.
Dalam melakukan Patching, harus di-ingat persamaan seperti menyalurkan air dari jauh tanpa mengetahui kalau ternyata ada keran yang lebih dekat posisinya.
Melakukan Patching harus efektif dalam memilih posisi insertion point yang paling tepat alias jalur signal yang paling singkat.
Juga harus di hindari agar jangan sampai terjadi Umpan Balik atau Feedback beibeh !! ;)
Pada Digital Recording Workstation ( Computer Recording ), Patching juga dilakukan persis seperti pada Analog tetapi hanya secara Virtual didalam Software.
Pengertian mengenai Patching Analog sangat dibutuhkan agar seseorang paham betul dengan maksud dan tujuan dalam proses Patching.
Semua ini kita bicarakan mengenai Internal Bussing didalam Mixer memakai Routing Matrix yang juga merupakan suatu Summing Amplifier.
Semua titik titik Bus ini mempunyai "Insert Point" dimana Signal bisa diambil keluar atau di masukkan kembali pada titik titik itu dari suatu tempat lain, misalnya Efek Prosesor dan lain sebagainya.
Semua Insert Point ini terdapat pada sisi paling kanan dari sebuah Mixer dimana terdapat ratusan konektor in-out yang umumnya memakai Konektor jenis Bantam untuk memperkecil pemakaian tempat, ini yang disebut "Patch Bay".
Jika sudah kita ketahui bahwa Signal Routing itu akan melewati banyak Routing Matrix serta titik titik Bus didalam internal Mixer.
Juga bahwa kita dapat mengambil signal keluar atau mengirim kedalam pada point point tersebut. Maka harus dipikirkan jalur signal yang paling efektif agar tidak melalui banyak jalur yang hanya akan mengurangi kejernihan signal.
Jalur yang terdekat tentunya adalah dari Input PreAmp Mixer langsung ke Recoder tanpa melewati Aux Send, EQ, AB Bus dan lain lain. Mungkin sebelumnya mampir dulu ke Outboard Prosesor di rack.
Direct To Tape :
Ini membuat kita kembali pada trend rekaman yang disebut "Direct To Tape" yang sudah dibahas sedikit pada Module sebelumnya.
Intinya Tehnik Direct To Tape bertujuan untuk menghindari Routing Matrix yang terdapat pada Mixer dan juga mem-By Pass Mic Pre Amp dari Mixer yang mungkin kurang bermutu dengan memakai PreAmp dari luar (Eksternal) yang lebih bagus bunyinya.
Sehingga Mixer hanya berfungsi sebagai alat untuk Monitor Signal dari Recorder saja bukan dipakai untuk amplifikasi dan manipulasi signal.
Basic Recording 1 (copy Andrietidie)
Basic Recording Engineering 1
Dunia rekaman saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat setiap tahun-nya, khususnya di bidang Digital Audio. Peralatan dengan kemampuan teknologi tinggi dan harga yang makin terjangkau membanjiri pasar, membuat lebih banyak individu memiliki peralatan terbaru dengan kemampuan yang sangat menarik. Kombinasi harga yang terjangkau dengan kemampuan teknologi yang canggih membuat banyak individu mempergunakan peralatan rekaman yang canggih untuk pertama kalinya.
Sebagian lagi adalah mereka yang berangkat dari dunia MIDI Sequencing yang sama sekali berbeda dengan dunia Digital Audio. Individu seperti mereka membutuhkan pengetahuan dasar dasar rekaman untuk dapat mengambil sebanyak mungkin manfaat dari peralatan tersebut.
Melihat Konsep Desain dari hampir semua peralatan Digital Audio Recorder, yang Dedicated seperti DAW maupun yang berbasis Komputer. Semuanya hanya meniru apa yang terjadi di dunia Analog Recording, sampai kepada Graphic User Interface-(GUI) nya yang bergambar seperti Mixing Board lengkap dengan kabel patch-nya segala. Maka seharusnya para Individu ini mulai memahami cara kerja Analog Recording sejak awal supaya dapat betul betul memahami arah konsep desain serta cara cara efektif dalam pemakaian peralatan Digital jaman sekarang. Sekalian dapat memiliki pendengaran yang sudah terlatih dan memiliki tradisi serta wawasan dan referensi yang jauh kebelakang.
Rekaman Multi Track
Proses rekaman itu pada intinya semua sama, apakah dilakukan dengan hanya sebuah cassette recorder, computer ataupun Studer Tape Machine maupun ProTools HD III Accel.
Tujuannya tetap adalah merekam sumber suara untuk dijadikan Stereo Mixed Tape. Mixed Tape ini wujudnya bisa bermacam macam, bisa berbentuk CD Master, DAT atau Pita 1/2 Inch ataupun 1 inch yang kemudian akan melewati proses Mastering sehingga menjadi Master Tape yang akan dikirim ke Pabrik Reproduksi CD atau Cassette.
Multi Tracking : Merekam Multi Track adalah proses rekaman beberapa instrument serta vokal sebelah menyebelah sehingga saat di play back ( mainkan ) kedengaran sinkron satu sama lainnya.
Ini dimungkinkan karena peralatan rekaman yang dipakai memiliki banyak track untuk merekam alat musik yang berbeda beda pada masing masing track tersebut.
-Mixing : Proses merekam seluruh track track yang ada didalam Multi Tracks tersebut sambil melakukan setting balance volume, EQ, pemakaian Effect dan lain lain kedalam sebuah Stereo Tracks (Master Recorder). Untuk kemudian di Mastering dan di Repro.
-Mastering : Proses meratakan dan memperbaiki suara dari keseluruhan lagu lagu yang ada pada Stereo Mixed Tape, menyusun urutan lagu lagu serta mengisi jeda waktu antara masing masing lagu.
Hasil ini disebut Master Tape yang kemudian dipakai untuk Reproduksi kedalam format konsumen seperti CD atau Cassette.
Basic Track : Kebiasaan umum di Indonesia, khususnya pada session rekaman profesional ada macam macam cara untuk memulai rekaman suatu lagu.
Proses rekaman paling awal ini disebut Basic Track.
Cara yang umum antara lain :
Sistem Dubbing Metronome : Ini umumnya dilakukan oleh Band Band session profesional.
Paling pertama adalah mengukur Tempo Metronome (BPM - Beats per Minute) dan nada dasar dari lagu yang segera akan di rekam itu. Caranya yaitu Vocalist menyanyikan lagu itu di-iringi hanya dengan Gitar ataupun Piano serta Metronome yang berbunyi di latar belakang tanpa direkam dulu.
Setelah semua tempo dan kunci dasar lagu sudah disetujui dan pas rasanya, maka pertama tama akan dibuat dulu Click Track yang berisi bunyi Tik-Tok dengan tempo yang sudah disetujui itu.
Kira kira panjangnya melebihkan sedikit durasi lagu, misalnya 6 menit.
Setelah itu Gitar Rhythm atau Piano Comping (Piano nge-rhythm disebut Comping) akan mengiringi si-Vocalis untuk menyanyikan lagu itu sesuai dengan tempo metronome, ini disebut Guide Track. Tetapi jangan lupa akan seluruh struktur dari aransemen lagu itu, mulai dari Count Off, hitungan aba aba atau tell istilah para Pro di Indonesia.
Sampai kepada Intro lagu yang terdiri dari berapa bar (Birama) kemudian Interlude sampai Coda, harus sesuai jumlah barnya dengan aransemen yang sudah direncanakan.
Hal ini penting sekali, supaya tidak terjadi pengulangan merekam Guide Track karena Guide-nya salah misalnya ada birama yang kurang.
Proses pembuatan Guide Track ini sangat mempengaruhi keseluruhan mood aransemen nantinya, jadi harus dilakukan dengan bersungguh sungguh.
Tujuannya adalah menuntun pemain yang akan direkam nanti secara betulan dan pada akhirnya Guide Track tersebut akan dihapus.
Biasanya setelah Guide Vocal dan Rhythm maka langsung akan direkam Track Drum yang sungguhan, pemain Drum akan bermain hanya berdasarkan Guide Track tadi itu.
Setelah beberapa take (sekali rekaman disebut "Take") dan setelah beberapa sambungan (Punch-In and Out) maka Drum Track dianggap cukup solid.
Waktunya untuk beralih kepada sang pemain Bass yang akan mendengarkan hasil rekaman Drum tadi beserta Guide Tracknya sambil memainkan bagiannya yang sukur sukur sudah dapat dikuasai dengan baik.
Jika pemain kurang menguasai lagu maka akan terjadi banyak pengulangan dan itu sangat memakan waktu studio.
Setelah itu menyusul rekaman gitar rhythm yang sebenarnya tapi sebelumnya track gitar rhythm guide tadi itu dihapus dulu supaya tidak mengganggu konsentrasi pemain.
Begitu seterusnya sampai kepada Vocal utama dan kemudian Backing Vocal lalu perbaikan sedikit sedikit pada pengisian fill fill musik dan seterusnya Lagu itu sudah siap untuk di Mix.
Sistem MIDI :
Ini dilakukan kebanyakan oleh Aranjer yang memakai Keyboard dan Sequencer.
Proses pertama adalah nge-stripe ( merekam ) Sync Tone kalau anda bekerja secara Analog, biasanya direkam di track 23 menghindari pinggiran pita yang gampang terkikis di track 24 yang nantinya akan meng-gagalkan sinkronisasi.
Caranya yaitu Engineer mengambil output Sync dari Sequencer pemain Keyboard yang sudah berisi Aransemen lagu yang akan direkam itu kemudian me-routing signal itu lewat PreAmp langsung ke Pita menghindari Mixingboard agar signal itu murni tanpa gangguan noise.
Sangat penting adalah Sequencer saat itu sudah di set dengan tempo yang sudah direncanakan, setelah Sync Tone direkam maka Engineer nge-route lagi signal dari Track 23 tersebut kembali ke Sequencer Sync Input.
Jika Sequencer tersebut sudah dirubah Sync Clock-nya ke eksternal maka proses Loading dari lagu tersebut sudah dapat dilakukan berulang ulang hingga semua aransemen sudah berpindah ke Track Pita.
Setelah itu barulah Guide Vocal direkam dan Dubbing Gitar atau Bass sungguhan dilakukan.
Jika anda merekam dengan DAW ( Digital Audio Workstation ) ataupun Komputer maka semua proses ini tidak perlu anda lakukan.
Cukup nge-set parameter sinkronisasi didalam alat Digital Recording anda untuk mengirim dan menerima signal sinkronisasi yang biasanya memakai kabel MIDI dengan jenis signal MidiClock, MTC (Midi Time Clock) ataupun MMC (Midi Machine Control).
Harus anda sadari bahwa kedua alat yang akan di sinkron tersebut harus sedang berbicara dalam bahasa yang sama.
Masalah Sinkronisasi antara berbagai alat yang berbeda akan dibahas pada Module yang lain.
Sistem Live :
Ini biasanya dilakukan oleh Band Band pemula yang takut bermain dengan Metronome sehingga mereka berkata : "The Hell with metronome !" dan bermain langsung seakan akan berada di panggung.
Metode begini bagi mereka mereka yang belum punya internal tempo yang solid, akan menghasilkan rekaman yang tidak solid juga alias tempo naik turun.
Tetapi bagi Band Band kelas Dunia seperti Rolling Stones, Gun N' Roses, ini adalah cara satu satunya dalam membuat rekaman bagi mereka.
Tapi jangan lupa bahwa mereka ini sudah sangat solid dengan internal temponya masing masing.
Masih banyak lagi cara kerja untuk basic track bagi setiap orang yang mungkin berbeda beda, seperti misalnya memakai sebuah drum loop dari Sampler sebagai metronome agar mendapatkan mood.
Tidak ada aturan didalam dunia rekaman, anda bebas melakukan apa yang anda pikir benar dan belajar dari kesalahan.
Kesalahan Fatal di Basic Track :
Lupa memberikan Count Off sebelum Guide Track direkam - Lupa meng-insert 2 bar kosong diawal sequence sehingga sequence langsung main tanpa aba aba - Lupa merekam patokan tempo pada lagu yang ditengahnya terdapat Stop Time (Drum berhenti), etc.
Ini semua mengakibatkan pengulangan rekam alias kerja dua kali dan buat seorang Engineer Pro, hal ini seharusnya jangan sampai terjadi karena sangat Amatiran.
Count Off :
Cara melakukan Count Off yang benar.
Kebanyakan Band atau Musisi pemula di Indonesia tidak tahu caranya menghitung Count Off, umumnya mereka hanya menghitung : Tu Wa Ga Pat ! atau yang paling parah adalah yang menghitung : Tu Wa Ga !
Hal seperti ini merupakan suatu hiburan bagi Engineer Pro yang seakan akan sedang menonton suatu Lawakan Srimulat.
Dimana seorang memberikan aba aba dan yang lainnya selalu terlambat masuk.
Menghitung Count Off itu harusnya sudah mempersiapkan tempo lagu yang akan masuk sehingga musisi secara insting sudah akan mengetahui tempo lagu yang akan dimainkan tersebut.
Caranya yaitu menghitung sebanyak dua birama dengan bantuan gerakan/goyangan tubuh yang berirama, pertama dengan tempo setengah dan selanjutnya dengan tempo seperdelapan. Seperti : Tu.. / Wa... / Tu Wa Ga Pat.
Mixdown Multi Track : Pengenalan
Proses Mixdown intinya adalah memadukan semua track track yang ada didalam Multi Track kedalam dua Channels Stereo ( Mix Tape ) yang nantinya akan menjadi Master rekaman anda untuk selanjutnya di Mastering ( Master Tape ) dan kemudian di Reproduksi dalam jumlah banyak.
Tradisionilnya, Multi Track Recorder itu terhubung dengan sebuah Mixer yang juga terdiri dari banyak channels sehingga setiap track itu mendapatkan channel masing masing.
Supaya setiap Track yang sudah berada dalam channelnya masing masing itu dapat di proses sendiri sendiri.
Kemudian seluruh channels ini digabungkan pada Master Out L/R (Kiri Kanan) dari Mixer untuk kemudian di-input kan kedalam Stereo Master Recorder dalam bentuk signal stereo.
Pada saat setiap channel tersebut dapat dilakukan penataan level volume masing masing track serta menata Frekuensi dengan EQ (Equalizer), menambahkan beberapa effects seperti Reverb, Delay (Echo) ataupun Chorus dan lain sebagainya.
Tujuannya agar seluruh track kedengarannya harmonis tanpa ada sebuah instrument yang menonjol sendiri ataupun terlalu pelan sehingga kurang kedengaran.
Saat ini seluruh peralatan yang disebut diatas itu umumnya berada didalam hanya satu alat seperti : DAW (Stand Alone Digital Audio Workstation) atau Komputer dengan Effect Plug-In.
Sekaligus menjadi Master Recorder juga yang mencetak CD Master dan menyimpan-nya kedalam Hard Disk.
Tapi yang paling penting adalah seluruh instrument bisa direkam dan di proses kemudian di Mix kedalam sebuah media untuk selanjutnya bisa didengar oleh Audiens.
Selanjutnya detail dari proses Mixdown ini akan diterangkan dengan lebih mendalam pada artikel selanjutnya. Check in sering sering untuk membaca Up Date.
Dunia rekaman saat ini mengalami perubahan yang sangat cepat setiap tahun-nya, khususnya di bidang Digital Audio. Peralatan dengan kemampuan teknologi tinggi dan harga yang makin terjangkau membanjiri pasar, membuat lebih banyak individu memiliki peralatan terbaru dengan kemampuan yang sangat menarik. Kombinasi harga yang terjangkau dengan kemampuan teknologi yang canggih membuat banyak individu mempergunakan peralatan rekaman yang canggih untuk pertama kalinya.
Sebagian lagi adalah mereka yang berangkat dari dunia MIDI Sequencing yang sama sekali berbeda dengan dunia Digital Audio. Individu seperti mereka membutuhkan pengetahuan dasar dasar rekaman untuk dapat mengambil sebanyak mungkin manfaat dari peralatan tersebut.
Melihat Konsep Desain dari hampir semua peralatan Digital Audio Recorder, yang Dedicated seperti DAW maupun yang berbasis Komputer. Semuanya hanya meniru apa yang terjadi di dunia Analog Recording, sampai kepada Graphic User Interface-(GUI) nya yang bergambar seperti Mixing Board lengkap dengan kabel patch-nya segala. Maka seharusnya para Individu ini mulai memahami cara kerja Analog Recording sejak awal supaya dapat betul betul memahami arah konsep desain serta cara cara efektif dalam pemakaian peralatan Digital jaman sekarang. Sekalian dapat memiliki pendengaran yang sudah terlatih dan memiliki tradisi serta wawasan dan referensi yang jauh kebelakang.
Rekaman Multi Track
Proses rekaman itu pada intinya semua sama, apakah dilakukan dengan hanya sebuah cassette recorder, computer ataupun Studer Tape Machine maupun ProTools HD III Accel.
Tujuannya tetap adalah merekam sumber suara untuk dijadikan Stereo Mixed Tape. Mixed Tape ini wujudnya bisa bermacam macam, bisa berbentuk CD Master, DAT atau Pita 1/2 Inch ataupun 1 inch yang kemudian akan melewati proses Mastering sehingga menjadi Master Tape yang akan dikirim ke Pabrik Reproduksi CD atau Cassette.
Multi Tracking : Merekam Multi Track adalah proses rekaman beberapa instrument serta vokal sebelah menyebelah sehingga saat di play back ( mainkan ) kedengaran sinkron satu sama lainnya.
Ini dimungkinkan karena peralatan rekaman yang dipakai memiliki banyak track untuk merekam alat musik yang berbeda beda pada masing masing track tersebut.
-Mixing : Proses merekam seluruh track track yang ada didalam Multi Tracks tersebut sambil melakukan setting balance volume, EQ, pemakaian Effect dan lain lain kedalam sebuah Stereo Tracks (Master Recorder). Untuk kemudian di Mastering dan di Repro.
-Mastering : Proses meratakan dan memperbaiki suara dari keseluruhan lagu lagu yang ada pada Stereo Mixed Tape, menyusun urutan lagu lagu serta mengisi jeda waktu antara masing masing lagu.
Hasil ini disebut Master Tape yang kemudian dipakai untuk Reproduksi kedalam format konsumen seperti CD atau Cassette.
Basic Track : Kebiasaan umum di Indonesia, khususnya pada session rekaman profesional ada macam macam cara untuk memulai rekaman suatu lagu.
Proses rekaman paling awal ini disebut Basic Track.
Cara yang umum antara lain :
Sistem Dubbing Metronome : Ini umumnya dilakukan oleh Band Band session profesional.
Paling pertama adalah mengukur Tempo Metronome (BPM - Beats per Minute) dan nada dasar dari lagu yang segera akan di rekam itu. Caranya yaitu Vocalist menyanyikan lagu itu di-iringi hanya dengan Gitar ataupun Piano serta Metronome yang berbunyi di latar belakang tanpa direkam dulu.
Setelah semua tempo dan kunci dasar lagu sudah disetujui dan pas rasanya, maka pertama tama akan dibuat dulu Click Track yang berisi bunyi Tik-Tok dengan tempo yang sudah disetujui itu.
Kira kira panjangnya melebihkan sedikit durasi lagu, misalnya 6 menit.
Setelah itu Gitar Rhythm atau Piano Comping (Piano nge-rhythm disebut Comping) akan mengiringi si-Vocalis untuk menyanyikan lagu itu sesuai dengan tempo metronome, ini disebut Guide Track. Tetapi jangan lupa akan seluruh struktur dari aransemen lagu itu, mulai dari Count Off, hitungan aba aba atau tell istilah para Pro di Indonesia.
Sampai kepada Intro lagu yang terdiri dari berapa bar (Birama) kemudian Interlude sampai Coda, harus sesuai jumlah barnya dengan aransemen yang sudah direncanakan.
Hal ini penting sekali, supaya tidak terjadi pengulangan merekam Guide Track karena Guide-nya salah misalnya ada birama yang kurang.
Proses pembuatan Guide Track ini sangat mempengaruhi keseluruhan mood aransemen nantinya, jadi harus dilakukan dengan bersungguh sungguh.
Tujuannya adalah menuntun pemain yang akan direkam nanti secara betulan dan pada akhirnya Guide Track tersebut akan dihapus.
Biasanya setelah Guide Vocal dan Rhythm maka langsung akan direkam Track Drum yang sungguhan, pemain Drum akan bermain hanya berdasarkan Guide Track tadi itu.
Setelah beberapa take (sekali rekaman disebut "Take") dan setelah beberapa sambungan (Punch-In and Out) maka Drum Track dianggap cukup solid.
Waktunya untuk beralih kepada sang pemain Bass yang akan mendengarkan hasil rekaman Drum tadi beserta Guide Tracknya sambil memainkan bagiannya yang sukur sukur sudah dapat dikuasai dengan baik.
Jika pemain kurang menguasai lagu maka akan terjadi banyak pengulangan dan itu sangat memakan waktu studio.
Setelah itu menyusul rekaman gitar rhythm yang sebenarnya tapi sebelumnya track gitar rhythm guide tadi itu dihapus dulu supaya tidak mengganggu konsentrasi pemain.
Begitu seterusnya sampai kepada Vocal utama dan kemudian Backing Vocal lalu perbaikan sedikit sedikit pada pengisian fill fill musik dan seterusnya Lagu itu sudah siap untuk di Mix.
Sistem MIDI :
Ini dilakukan kebanyakan oleh Aranjer yang memakai Keyboard dan Sequencer.
Proses pertama adalah nge-stripe ( merekam ) Sync Tone kalau anda bekerja secara Analog, biasanya direkam di track 23 menghindari pinggiran pita yang gampang terkikis di track 24 yang nantinya akan meng-gagalkan sinkronisasi.
Caranya yaitu Engineer mengambil output Sync dari Sequencer pemain Keyboard yang sudah berisi Aransemen lagu yang akan direkam itu kemudian me-routing signal itu lewat PreAmp langsung ke Pita menghindari Mixingboard agar signal itu murni tanpa gangguan noise.
Sangat penting adalah Sequencer saat itu sudah di set dengan tempo yang sudah direncanakan, setelah Sync Tone direkam maka Engineer nge-route lagi signal dari Track 23 tersebut kembali ke Sequencer Sync Input.
Jika Sequencer tersebut sudah dirubah Sync Clock-nya ke eksternal maka proses Loading dari lagu tersebut sudah dapat dilakukan berulang ulang hingga semua aransemen sudah berpindah ke Track Pita.
Setelah itu barulah Guide Vocal direkam dan Dubbing Gitar atau Bass sungguhan dilakukan.
Jika anda merekam dengan DAW ( Digital Audio Workstation ) ataupun Komputer maka semua proses ini tidak perlu anda lakukan.
Cukup nge-set parameter sinkronisasi didalam alat Digital Recording anda untuk mengirim dan menerima signal sinkronisasi yang biasanya memakai kabel MIDI dengan jenis signal MidiClock, MTC (Midi Time Clock) ataupun MMC (Midi Machine Control).
Harus anda sadari bahwa kedua alat yang akan di sinkron tersebut harus sedang berbicara dalam bahasa yang sama.
Masalah Sinkronisasi antara berbagai alat yang berbeda akan dibahas pada Module yang lain.
Sistem Live :
Ini biasanya dilakukan oleh Band Band pemula yang takut bermain dengan Metronome sehingga mereka berkata : "The Hell with metronome !" dan bermain langsung seakan akan berada di panggung.
Metode begini bagi mereka mereka yang belum punya internal tempo yang solid, akan menghasilkan rekaman yang tidak solid juga alias tempo naik turun.
Tetapi bagi Band Band kelas Dunia seperti Rolling Stones, Gun N' Roses, ini adalah cara satu satunya dalam membuat rekaman bagi mereka.
Tapi jangan lupa bahwa mereka ini sudah sangat solid dengan internal temponya masing masing.
Masih banyak lagi cara kerja untuk basic track bagi setiap orang yang mungkin berbeda beda, seperti misalnya memakai sebuah drum loop dari Sampler sebagai metronome agar mendapatkan mood.
Tidak ada aturan didalam dunia rekaman, anda bebas melakukan apa yang anda pikir benar dan belajar dari kesalahan.
Kesalahan Fatal di Basic Track :
Lupa memberikan Count Off sebelum Guide Track direkam - Lupa meng-insert 2 bar kosong diawal sequence sehingga sequence langsung main tanpa aba aba - Lupa merekam patokan tempo pada lagu yang ditengahnya terdapat Stop Time (Drum berhenti), etc.
Ini semua mengakibatkan pengulangan rekam alias kerja dua kali dan buat seorang Engineer Pro, hal ini seharusnya jangan sampai terjadi karena sangat Amatiran.
Count Off :
Cara melakukan Count Off yang benar.
Kebanyakan Band atau Musisi pemula di Indonesia tidak tahu caranya menghitung Count Off, umumnya mereka hanya menghitung : Tu Wa Ga Pat ! atau yang paling parah adalah yang menghitung : Tu Wa Ga !
Hal seperti ini merupakan suatu hiburan bagi Engineer Pro yang seakan akan sedang menonton suatu Lawakan Srimulat.
Dimana seorang memberikan aba aba dan yang lainnya selalu terlambat masuk.
Menghitung Count Off itu harusnya sudah mempersiapkan tempo lagu yang akan masuk sehingga musisi secara insting sudah akan mengetahui tempo lagu yang akan dimainkan tersebut.
Caranya yaitu menghitung sebanyak dua birama dengan bantuan gerakan/goyangan tubuh yang berirama, pertama dengan tempo setengah dan selanjutnya dengan tempo seperdelapan. Seperti : Tu.. / Wa... / Tu Wa Ga Pat.
Mixdown Multi Track : Pengenalan
Proses Mixdown intinya adalah memadukan semua track track yang ada didalam Multi Track kedalam dua Channels Stereo ( Mix Tape ) yang nantinya akan menjadi Master rekaman anda untuk selanjutnya di Mastering ( Master Tape ) dan kemudian di Reproduksi dalam jumlah banyak.
Tradisionilnya, Multi Track Recorder itu terhubung dengan sebuah Mixer yang juga terdiri dari banyak channels sehingga setiap track itu mendapatkan channel masing masing.
Supaya setiap Track yang sudah berada dalam channelnya masing masing itu dapat di proses sendiri sendiri.
Kemudian seluruh channels ini digabungkan pada Master Out L/R (Kiri Kanan) dari Mixer untuk kemudian di-input kan kedalam Stereo Master Recorder dalam bentuk signal stereo.
Pada saat setiap channel tersebut dapat dilakukan penataan level volume masing masing track serta menata Frekuensi dengan EQ (Equalizer), menambahkan beberapa effects seperti Reverb, Delay (Echo) ataupun Chorus dan lain sebagainya.
Tujuannya agar seluruh track kedengarannya harmonis tanpa ada sebuah instrument yang menonjol sendiri ataupun terlalu pelan sehingga kurang kedengaran.
Saat ini seluruh peralatan yang disebut diatas itu umumnya berada didalam hanya satu alat seperti : DAW (Stand Alone Digital Audio Workstation) atau Komputer dengan Effect Plug-In.
Sekaligus menjadi Master Recorder juga yang mencetak CD Master dan menyimpan-nya kedalam Hard Disk.
Tapi yang paling penting adalah seluruh instrument bisa direkam dan di proses kemudian di Mix kedalam sebuah media untuk selanjutnya bisa didengar oleh Audiens.
Selanjutnya detail dari proses Mixdown ini akan diterangkan dengan lebih mendalam pada artikel selanjutnya. Check in sering sering untuk membaca Up Date.
Apa sebenarnya Scales dan Modes itu ?
Postingan Andrietidie (copy) ... saya minta izin kepada mas Andrietidie untuk meng copy postingan ini mas,,,
Mungkin PDF PDF dari buku2 musik belajar Clarinet di-New York Conservatory yang disadur sebagai bahan teori belajar Gitar yang jadi sumber ini semua.
Pertama yg namanya scale dan modes itu pasti merupakan susunan nada2 yg berjarak interval minor 2 atau Major 2 itu saja, tidak ada struktur scale yg berjarak interval lebih dari itu. Pentatonic tidak termasuk karena melewati sebuah nada dalam formula-nya.
Dalam bahasa gitar, scales dan modes itu pasti punya jarak setengah fret atau satu fret dari satu nada ke-nada berikutnya. Tidak lebih dari itu.
Keputusan-nya jika anda memainkan Scales dan Modes dalam permainan anda, maka struktur melodi anda hanya terdiri dari yg namanya Scale-Wise yg berjarak half step dan whole step saja, dan itu sama saja dengan bunuh diri saking bosan-nya. Ditambah lagi dengan irama yang kaku not seperdelapan terus2-an membuat pendengar bosan dan bingung.
Semua permainan lead improvisasi yg keren akan terdiri dari banyak elemen yg di-mix, running scale wise, large interval jump, double stops, arpeggio, chromaticism, motivic development, klise riffs and licks, reharmonization approach a'la 2 5 1, paralel simetrical motives, etc, etc.
Serta semua itu dimainkan dengan irama yang ber-variasi dan menarik, ibaratnya seorang pemain perkusi sedang ber-improvisasi.
Kesimpulan-nya improvisasi yang bagus terdiri dari elemen nada yang ber-variasi serta irama yang menarik. Jika anda memainkan beberapa nada dgn interval lebih dari M2 maka anda sudah tidak main Scale lagi.
Fungsi Scales dan Modes sebenarnya bukan untuk dimainkan per-se melainkan sebagai patokan fingering agar kita tidak salah pencet, tugas kita adalah bagaimana memainkan 12 nada kromatik itu secara menarik serta tepat dalam hubungan-nya dengan nada dasar root.
Itu sebenarnya tugas seorang improviser, bagaimana agar improvisasi jadi menarik, punya drama dan cerita, serta Tradisi, apa itu tradisi Jazz, Rock, Blues atau Metal.
Selama ini dunia akademi musik telah menyesatkan banyak sekali murid dengan aturan sistematis yg mereka buat untuk kurikulum musik. Ini kebanyakan jadi perangkap dan tidak efektif dalam membentuk seorang musisi dalam waktu singkat.
Semua teori pemakaian scales dlsb.nya seharusnya berfungsi untuk membuka wawasan seorang setelah dia mampu bermain. Kesimpulan-nya Teori Musik serta cara melihat musik berdasarkan Scale induk itu seharusnya tiba dimasa depan setelah semua mekanisme dan konsep bermain praktis-nya sudah dikuasai. Jika ini tiba di-masa pembentukan, maka akibatnya akan membuat murid tersesat dalam labirin sistem akademis yang sama sekali salah kaprah.
Mengapa salah kaprah ? karena sang murid yang tadinya ingin bermain seperti Joe Pass atau Wes Montgomery jadi terperangkap dalam sistem yang bukan seharusnya.
Karena Joe Pass atau Wes Montgomery tidak belajar teori sebelum mereka bermain, saat mereka belajar main lewat meniru, kurikulum musik kontemporer belum baku.
Jadi para Legend itu tidak belajar pola seperti yang diajarkan di-buku-buku musik akademis.
Mereka belajar main gitar dari hidup didalam lingkungan yang punya tradisi itu, lewat meniru sebagaimana musik dipelajari selama abad kebelakang ini, dan seharusnya menjadi satu2nya cara belajar musik yang efektif, melihat dan meniru.
Contoh paling nyata adalah standard 5 posisi fingering gitar yg dianut seluruh dunia, itu adalah jelas2 perangkap yang bikin seseorang memainkan musik yg membosankan, turun naik snar hanya terpaku di-satu posisi saja. Sementara para Legend bermain melintasi ke-5 posisi itu, melintasi fret bukan-nya turun naik snar di satu posisi saja.
Jika anda seperti aku yang terperangkap pola akademis ini selama belasan tahun tanpa mengerti apa yg membuat permainan ku tidak punya esensi serta tidak mampu untuk keluar dari kebiasaan salah kaprah yang sudah dilatih belasan tahun.
Semuanya harus aku buang jauh2 dari nervous sistem-ku dan mulai dari nol lagi dengan cara yang benar. Cara yg melihat musik sebagai satu kesatuan, satu hal besar saja dan hanya memakai kuping sebagai Hakim pengambil keputusan. Bukan-nya melihat musik sebagai berbagai macam scales dan modes yang terpisah-pisah, jika bagi kuping kita itu sudah enak didengar, maka so be it.
Seperti kehidupan, yg sebenarnya sederhana saja tapi jika mau dipikirin dan dicari-cari sulitnya maka akan jadi rumit. Begitu juga musik yg sebenarnya sederhana saja, hanya 12 nada, tapi jika mau dipikirin maka akan jadi rumit serumit-rumit-nya.
Itu bukan cara yg benar dalam melihat Musik ataupun Kehidupan, kita bermain musik ( kehidupan ) seharusnya untuk menghibur diri dan orang lain, memberi pencerahan, apresiasi seni, bukan untuk cari rumitnya. Tapi banyak yang salah jalan sebagaimana anak-anak muda yang hidup tapi memberi kesan mati dengan style gothic-nya, atau Death-Metal yang promosi kematian sementara mereka masih dalam keadaan hidup. Seperti Don Mock yang cari rumitnya dalam permainan gitar dia yang memakai otak kiri analisa itu, membuat musik yang dia hasilkan tidak nyambung dengan pendengarnya, alhasil tidak mengena dihati masyarakat.
Jika kita cari rumitnya maka alam bawah sadar kita akan menutup diri dan membuat kita tidak akan mengalami kemajuan, stucked. Tapi coba saja buang jauh jauh keinginan rumit rumit itu maka seketika kita akan mengalami otak yang cepat tanggap akan suatu skill baru.
Begitu juga dengan kehidupan, buang keinginan cepat kaya banyak duit maka hati kita akan tenang dan rejeki akan datang dengan sendirinya.
Ini adalah hal yang dikenal dengan nama "Love and Hate Relationship", aku mengalami hal ini belasan tahun, sekedar melihat gitar saja sudah membuat aku jengkel. Karena aku mau seperti Pat Metheny dalam waktu singkat dan itu mustahil dan membuat aku frustrasi.
Jika anda sudah kenyang segala macam teori musik canggih maka sebenarnya ke-12 nada itu semuanya bisa anda mainkan sesuka hati asalkan anda tau mana yg benar untuk di-aksen dan sebagai not tempat berhenti. Semuanya sah sah saja. Itu katanya Ornette Coleman, saxophonist Avantgarde idola Pat Metheny.
Jadi, kesimpulan aku, Scales dan Modes itu hanyalah Peta Jalanan yang memuat semua jalur menuju kesuatu tempat, jika tujuan anda adalah hanya satu tempat maka mengapa harus melewati semua jalur yang ada di-peta ?
Scales dan Modes ada banyak sekali sebagaimana chord-voicing yang berjumlah puluhan ribu itu, untuk main musik dan jadi Legendary Millioner bagi BB.King cukup tau satu posisi saja dan bernyanyi memakai keterbatasan nya.
Itu namanya hemat.
Hungarian Minor, Gregorian Dorian, Gypsy Minor, Japanese scales aja ada beberapa jumlahnya, Jawa pelog, Sunda naminatilada, etc, apakah semua itu pengen anda hapal fingering-nya ?
Brow, itu buang-buang waktu, umur cuman sedikit, panggung konser menunggu diluar sana, segera naik dan mainkan gitarmu.
Ada pepatah : Curiousity kills the cat, terlalu banyak mau tau akhirnya mati sendiri.
Bagi aku dan juga aku sarankan bagi yang mau tau, ok, major scale dan modes itu pastinya sudah anda miliki di-fingering anda ataupun di-file komputer, tidak perlu dibahas lagi.
Major Scale Diatonis akan membuat improvisasi anda terlalu terang dan manis kaya' Es Sirop ataupun berkesan musik Lobby Hotel dengan voicing major 7 itu.
Anda perlu scales yang rada gelap, yang paling berguna dan dipakai oleh semua pemain handal adalah, buat warna major = Bebop Scales dgn kromatik mulai nada ke-6 maju setengah-setengah sampai balik ke-do.
Untuk warna minor = Melodic Minor, yaitu major scale biasa cuman nada ke-3 diturunkan half step sebagaimana harusnya sebuah minor.
Untuk warna minor kedua = Harmonic Minor dgn Mode ke-5-nya Phrygian Dominan untuk Jazz, Neo Classical Shredd atau Dang-Dut.
Untuk warna Dominant = Lydian Dominan atau mode ke-4 dari Melodic Minor scale, tambah dengan nada nada kromatik maka jadilah apa yang dikenal dgn nama Lydian Chromatic, senjata semua Jazzer. Steve Vai ada disini.
Itulah scales yang paling perlu anda hapal mati fingeringnya.
Seperti anda ketahui Tonalitas itu cuman ada 3 macam, Major, Minor dan Dominan serta ada 2 chord penghubung yaitu Aug dan Dim. Untuk ini anda boleh pilih salah satu mau hapal fingering Whole-Tone buat Aug ataukah Diminished scales yg ada dua macam itu, half-whole atau whole-half. Diminished sangat berguna untuk bermain Outside di-chord apa saja, kali2 anda pengen main rumit-rumit sekali-kali. Sementara Whole-Tone tidak terlalu sering dipakai karena jarang anda akan menemukan chord Aug.
Hidup adalah pilihan begitu juga musik dengan segala teorinya adalah pilihan, cukup memilih beberapa untuk segera mampu memainkan musik yang menyentuh hati masyarakat pendengar.
Hidup adalah proses begitu juga musik, hari ini anda di-kelas 2 SMA, besok anda sudah lulus sarjana dan pohon mangga yang anda tanam dihalaman sekarang sudah berbuah dan tinggi.
Santana suka dipandang enteng kala ber-duet dengan Mahavisnu John McLaughlin, karena skill-nya itu-itu saja, tidak seperti McLaughlin yang rumit-rumit itu. Tapi Santana pake hati dan jiwa sehingga dalam jangka panjang-nya publik luas lebih menyukai permainan Santana dan dia jadi Superstar sementara McLaughlin harus update profile MySpace.Com miliknya sendiri, seperti halnya aku.
Mana yg lebih cepat jarinya Clapton atau Malmsteen ? tapi mana yg lebih cepat penjualan CD-nya ? dan rekening Bank-nya ? gak perlu dibikin rumit Brow......
Kesimpulan : Pemakaian Scales dan Modes dalam Improvisasi
Sesuai tradisi, improvisasi sejak dahulu selalu bersifat Struktural, yaitu memberi garis luar ( outline ) dari chord progresi yang sedang terjadi dibelakang, memakai arpeggio dan chord tones yang dihiasi dengan embelishment serta approach.
Ini berlaku pada musik Baroque dan Romantism juga pada Jazz mainstream dan Blues atau Country.
Musik ini memiliki banyak chord progresi dalam satu harmony yang jelas.
Kemudian ada musik Modern seperti 20th Century Classic dan Post-Bop Avantgarde serta Jazz Rock Fusion yang mulai membuat trend baru musik dengan chord yang statis dan mungkin hanya berjumlah dua chord sepanjang keseluruhan lagu. Miles Davis yang memulai trend ini dengan album Kind of Blue yang membuat trend Cool-Jazz dan Bitches Brew yang memulai trend Jazz Rock Fusion.
Miles bosan bermain struktur dan mulai bermain warna memakai Modes dalam komposisi yang lambat dengan harmony yang ngambang tidak jelas, memberi kesan impresionistik. Sejak itu bermain di-chord statis menjadi trend sampai saat ini dan musik Rock cocok dipakai untuk aplikasi Modes dan Scale karena chord progresi yang kebanyakan statis tidak berpindah.
Tantangan dalam bermain di-satu chord adalah menciptakan daya tarik serta drama, tensi dan resolusi dalam satu harmony yang statis. Untuk itu kita bermain keluar masuk tonalitas, inside dan outside yang berfungsi menciptakan tensi dan resolusi agar improvisasi kita tidak membosankan.
Jadi jangan salah kaprah bermain Linear Modes diatas lagu yang punya chord progresi memakai banyak chord, bermain Linear hanya cocok pada komposisi modern statis seperti Jazz Rock Fusion atau Chill Out Acid Jazz.
Bermain Linear Modes diatas lagu Blues adalah sama sekali salah kaprah, tidak match. Jadi pertama-tama semua pemain harus menguasai cara bermain Struktural dulu karena itu adalah mayoritas yang dipakai dalam musik seperti Pop etc. Bermain Linear hanya dalam improvisasi eksperimen sekali-kali untuk memberi warna kontemporer, terus terusan bermain Linear akan membosankan pendengar sehingga kita akan di-cap sembarangan main.
Bermain Linear Scales dan Modes itu gampang sementara bermain struktural mengikuti dan memberi outline chord progresi itu susah, jadi kuasai dulu bagian susahnya maka yang lain akan jadi gampang.
Apa sebenarnya Scales dan Modes itu ?
Scales dan Modes saat ini adalah suatu hal yg terlalu dibesar-besar-kan didalam dunia gitar, sementara Musik bukan Scales atau Modes.Mungkin PDF PDF dari buku2 musik belajar Clarinet di-New York Conservatory yang disadur sebagai bahan teori belajar Gitar yang jadi sumber ini semua.
Pertama yg namanya scale dan modes itu pasti merupakan susunan nada2 yg berjarak interval minor 2 atau Major 2 itu saja, tidak ada struktur scale yg berjarak interval lebih dari itu. Pentatonic tidak termasuk karena melewati sebuah nada dalam formula-nya.
Dalam bahasa gitar, scales dan modes itu pasti punya jarak setengah fret atau satu fret dari satu nada ke-nada berikutnya. Tidak lebih dari itu.
Keputusan-nya jika anda memainkan Scales dan Modes dalam permainan anda, maka struktur melodi anda hanya terdiri dari yg namanya Scale-Wise yg berjarak half step dan whole step saja, dan itu sama saja dengan bunuh diri saking bosan-nya. Ditambah lagi dengan irama yang kaku not seperdelapan terus2-an membuat pendengar bosan dan bingung.
Semua permainan lead improvisasi yg keren akan terdiri dari banyak elemen yg di-mix, running scale wise, large interval jump, double stops, arpeggio, chromaticism, motivic development, klise riffs and licks, reharmonization approach a'la 2 5 1, paralel simetrical motives, etc, etc.
Serta semua itu dimainkan dengan irama yang ber-variasi dan menarik, ibaratnya seorang pemain perkusi sedang ber-improvisasi.
Kesimpulan-nya improvisasi yang bagus terdiri dari elemen nada yang ber-variasi serta irama yang menarik. Jika anda memainkan beberapa nada dgn interval lebih dari M2 maka anda sudah tidak main Scale lagi.
Fungsi Scales dan Modes sebenarnya bukan untuk dimainkan per-se melainkan sebagai patokan fingering agar kita tidak salah pencet, tugas kita adalah bagaimana memainkan 12 nada kromatik itu secara menarik serta tepat dalam hubungan-nya dengan nada dasar root.
Itu sebenarnya tugas seorang improviser, bagaimana agar improvisasi jadi menarik, punya drama dan cerita, serta Tradisi, apa itu tradisi Jazz, Rock, Blues atau Metal.
Selama ini dunia akademi musik telah menyesatkan banyak sekali murid dengan aturan sistematis yg mereka buat untuk kurikulum musik. Ini kebanyakan jadi perangkap dan tidak efektif dalam membentuk seorang musisi dalam waktu singkat.
Semua teori pemakaian scales dlsb.nya seharusnya berfungsi untuk membuka wawasan seorang setelah dia mampu bermain. Kesimpulan-nya Teori Musik serta cara melihat musik berdasarkan Scale induk itu seharusnya tiba dimasa depan setelah semua mekanisme dan konsep bermain praktis-nya sudah dikuasai. Jika ini tiba di-masa pembentukan, maka akibatnya akan membuat murid tersesat dalam labirin sistem akademis yang sama sekali salah kaprah.
Mengapa salah kaprah ? karena sang murid yang tadinya ingin bermain seperti Joe Pass atau Wes Montgomery jadi terperangkap dalam sistem yang bukan seharusnya.
Karena Joe Pass atau Wes Montgomery tidak belajar teori sebelum mereka bermain, saat mereka belajar main lewat meniru, kurikulum musik kontemporer belum baku.
Jadi para Legend itu tidak belajar pola seperti yang diajarkan di-buku-buku musik akademis.
Mereka belajar main gitar dari hidup didalam lingkungan yang punya tradisi itu, lewat meniru sebagaimana musik dipelajari selama abad kebelakang ini, dan seharusnya menjadi satu2nya cara belajar musik yang efektif, melihat dan meniru.
Contoh paling nyata adalah standard 5 posisi fingering gitar yg dianut seluruh dunia, itu adalah jelas2 perangkap yang bikin seseorang memainkan musik yg membosankan, turun naik snar hanya terpaku di-satu posisi saja. Sementara para Legend bermain melintasi ke-5 posisi itu, melintasi fret bukan-nya turun naik snar di satu posisi saja.
Jika anda seperti aku yang terperangkap pola akademis ini selama belasan tahun tanpa mengerti apa yg membuat permainan ku tidak punya esensi serta tidak mampu untuk keluar dari kebiasaan salah kaprah yang sudah dilatih belasan tahun.
Semuanya harus aku buang jauh2 dari nervous sistem-ku dan mulai dari nol lagi dengan cara yang benar. Cara yg melihat musik sebagai satu kesatuan, satu hal besar saja dan hanya memakai kuping sebagai Hakim pengambil keputusan. Bukan-nya melihat musik sebagai berbagai macam scales dan modes yang terpisah-pisah, jika bagi kuping kita itu sudah enak didengar, maka so be it.
Seperti kehidupan, yg sebenarnya sederhana saja tapi jika mau dipikirin dan dicari-cari sulitnya maka akan jadi rumit. Begitu juga musik yg sebenarnya sederhana saja, hanya 12 nada, tapi jika mau dipikirin maka akan jadi rumit serumit-rumit-nya.
Itu bukan cara yg benar dalam melihat Musik ataupun Kehidupan, kita bermain musik ( kehidupan ) seharusnya untuk menghibur diri dan orang lain, memberi pencerahan, apresiasi seni, bukan untuk cari rumitnya. Tapi banyak yang salah jalan sebagaimana anak-anak muda yang hidup tapi memberi kesan mati dengan style gothic-nya, atau Death-Metal yang promosi kematian sementara mereka masih dalam keadaan hidup. Seperti Don Mock yang cari rumitnya dalam permainan gitar dia yang memakai otak kiri analisa itu, membuat musik yang dia hasilkan tidak nyambung dengan pendengarnya, alhasil tidak mengena dihati masyarakat.
Jika kita cari rumitnya maka alam bawah sadar kita akan menutup diri dan membuat kita tidak akan mengalami kemajuan, stucked. Tapi coba saja buang jauh jauh keinginan rumit rumit itu maka seketika kita akan mengalami otak yang cepat tanggap akan suatu skill baru.
Begitu juga dengan kehidupan, buang keinginan cepat kaya banyak duit maka hati kita akan tenang dan rejeki akan datang dengan sendirinya.
Ini adalah hal yang dikenal dengan nama "Love and Hate Relationship", aku mengalami hal ini belasan tahun, sekedar melihat gitar saja sudah membuat aku jengkel. Karena aku mau seperti Pat Metheny dalam waktu singkat dan itu mustahil dan membuat aku frustrasi.
Jika anda sudah kenyang segala macam teori musik canggih maka sebenarnya ke-12 nada itu semuanya bisa anda mainkan sesuka hati asalkan anda tau mana yg benar untuk di-aksen dan sebagai not tempat berhenti. Semuanya sah sah saja. Itu katanya Ornette Coleman, saxophonist Avantgarde idola Pat Metheny.
Jadi, kesimpulan aku, Scales dan Modes itu hanyalah Peta Jalanan yang memuat semua jalur menuju kesuatu tempat, jika tujuan anda adalah hanya satu tempat maka mengapa harus melewati semua jalur yang ada di-peta ?
Scales dan Modes ada banyak sekali sebagaimana chord-voicing yang berjumlah puluhan ribu itu, untuk main musik dan jadi Legendary Millioner bagi BB.King cukup tau satu posisi saja dan bernyanyi memakai keterbatasan nya.
Itu namanya hemat.
Hungarian Minor, Gregorian Dorian, Gypsy Minor, Japanese scales aja ada beberapa jumlahnya, Jawa pelog, Sunda naminatilada, etc, apakah semua itu pengen anda hapal fingering-nya ?
Brow, itu buang-buang waktu, umur cuman sedikit, panggung konser menunggu diluar sana, segera naik dan mainkan gitarmu.
Ada pepatah : Curiousity kills the cat, terlalu banyak mau tau akhirnya mati sendiri.
Bagi aku dan juga aku sarankan bagi yang mau tau, ok, major scale dan modes itu pastinya sudah anda miliki di-fingering anda ataupun di-file komputer, tidak perlu dibahas lagi.
Major Scale Diatonis akan membuat improvisasi anda terlalu terang dan manis kaya' Es Sirop ataupun berkesan musik Lobby Hotel dengan voicing major 7 itu.
Anda perlu scales yang rada gelap, yang paling berguna dan dipakai oleh semua pemain handal adalah, buat warna major = Bebop Scales dgn kromatik mulai nada ke-6 maju setengah-setengah sampai balik ke-do.
Untuk warna minor = Melodic Minor, yaitu major scale biasa cuman nada ke-3 diturunkan half step sebagaimana harusnya sebuah minor.
Untuk warna minor kedua = Harmonic Minor dgn Mode ke-5-nya Phrygian Dominan untuk Jazz, Neo Classical Shredd atau Dang-Dut.
Untuk warna Dominant = Lydian Dominan atau mode ke-4 dari Melodic Minor scale, tambah dengan nada nada kromatik maka jadilah apa yang dikenal dgn nama Lydian Chromatic, senjata semua Jazzer. Steve Vai ada disini.
Itulah scales yang paling perlu anda hapal mati fingeringnya.
Seperti anda ketahui Tonalitas itu cuman ada 3 macam, Major, Minor dan Dominan serta ada 2 chord penghubung yaitu Aug dan Dim. Untuk ini anda boleh pilih salah satu mau hapal fingering Whole-Tone buat Aug ataukah Diminished scales yg ada dua macam itu, half-whole atau whole-half. Diminished sangat berguna untuk bermain Outside di-chord apa saja, kali2 anda pengen main rumit-rumit sekali-kali. Sementara Whole-Tone tidak terlalu sering dipakai karena jarang anda akan menemukan chord Aug.
Hidup adalah pilihan begitu juga musik dengan segala teorinya adalah pilihan, cukup memilih beberapa untuk segera mampu memainkan musik yang menyentuh hati masyarakat pendengar.
Hidup adalah proses begitu juga musik, hari ini anda di-kelas 2 SMA, besok anda sudah lulus sarjana dan pohon mangga yang anda tanam dihalaman sekarang sudah berbuah dan tinggi.
Santana suka dipandang enteng kala ber-duet dengan Mahavisnu John McLaughlin, karena skill-nya itu-itu saja, tidak seperti McLaughlin yang rumit-rumit itu. Tapi Santana pake hati dan jiwa sehingga dalam jangka panjang-nya publik luas lebih menyukai permainan Santana dan dia jadi Superstar sementara McLaughlin harus update profile MySpace.Com miliknya sendiri, seperti halnya aku.
Mana yg lebih cepat jarinya Clapton atau Malmsteen ? tapi mana yg lebih cepat penjualan CD-nya ? dan rekening Bank-nya ? gak perlu dibikin rumit Brow......
Kesimpulan : Pemakaian Scales dan Modes dalam Improvisasi
Sesuai tradisi, improvisasi sejak dahulu selalu bersifat Struktural, yaitu memberi garis luar ( outline ) dari chord progresi yang sedang terjadi dibelakang, memakai arpeggio dan chord tones yang dihiasi dengan embelishment serta approach.
Ini berlaku pada musik Baroque dan Romantism juga pada Jazz mainstream dan Blues atau Country.
Musik ini memiliki banyak chord progresi dalam satu harmony yang jelas.
Kemudian ada musik Modern seperti 20th Century Classic dan Post-Bop Avantgarde serta Jazz Rock Fusion yang mulai membuat trend baru musik dengan chord yang statis dan mungkin hanya berjumlah dua chord sepanjang keseluruhan lagu. Miles Davis yang memulai trend ini dengan album Kind of Blue yang membuat trend Cool-Jazz dan Bitches Brew yang memulai trend Jazz Rock Fusion.
Miles bosan bermain struktur dan mulai bermain warna memakai Modes dalam komposisi yang lambat dengan harmony yang ngambang tidak jelas, memberi kesan impresionistik. Sejak itu bermain di-chord statis menjadi trend sampai saat ini dan musik Rock cocok dipakai untuk aplikasi Modes dan Scale karena chord progresi yang kebanyakan statis tidak berpindah.
Tantangan dalam bermain di-satu chord adalah menciptakan daya tarik serta drama, tensi dan resolusi dalam satu harmony yang statis. Untuk itu kita bermain keluar masuk tonalitas, inside dan outside yang berfungsi menciptakan tensi dan resolusi agar improvisasi kita tidak membosankan.
Jadi jangan salah kaprah bermain Linear Modes diatas lagu yang punya chord progresi memakai banyak chord, bermain Linear hanya cocok pada komposisi modern statis seperti Jazz Rock Fusion atau Chill Out Acid Jazz.
Bermain Linear Modes diatas lagu Blues adalah sama sekali salah kaprah, tidak match. Jadi pertama-tama semua pemain harus menguasai cara bermain Struktural dulu karena itu adalah mayoritas yang dipakai dalam musik seperti Pop etc. Bermain Linear hanya dalam improvisasi eksperimen sekali-kali untuk memberi warna kontemporer, terus terusan bermain Linear akan membosankan pendengar sehingga kita akan di-cap sembarangan main.
Bermain Linear Scales dan Modes itu gampang sementara bermain struktural mengikuti dan memberi outline chord progresi itu susah, jadi kuasai dulu bagian susahnya maka yang lain akan jadi gampang.
Langganan:
Postingan (Atom)