Rhoma Irama
Latar belakang | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nama lahir | Raden Irama | ||||||||||||
Nama lain | Rhoma Irama | ||||||||||||
Lahir | 11 Desember 1946 Tasikmalaya, Indonesia | ||||||||||||
Kota Sekarang | Jakarta, Indonesia | ||||||||||||
Jenis Musik | Dangdut | ||||||||||||
Pekerjaan | Penyanyi Aktor | ||||||||||||
Vokal
Jakarta - ”Banyak orang bermain musik/Bermacam-macam warna jenis musik/Dari pop sampai yang klasik/Bagi pemusik yang anti Melayu/Boleh benci, jangan mengganggu/Biarkan kami mendendangkan lagu/Lagu kami lagu Melayu.” (“Musik”, Rhoma Irama, 1977) Sebuah refleksi eksistensi musik dangdut, dititahkan oleh raja dangdut yang tak pernah turun tahta: RHOMA IRAMA. Deretan lirik lagu “musik” milik Rhoma Irama ini terus menari-nari di benak saya saat duduk di salah satu ruangan Metro TV bersama Najwa Shihab, pembawa acara Mata Najwa. Siang itu, 5 Juli 2011, kami menunggu kedatangan Rhoma Irama yang diundang sebagai narasumber Mata Najwa dengan tema “Orkestra Politika”. Saya yang juga diminta untuk menjadi narasumber sebetulnya menyambut dengan sukacita ajakan Metro TV ini. Karena ini untuk pertama kalinya saya duduk berdampingan dengan si Raja Dangdut, kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk mewawancara Rhoma Irama. Berhubung kesibukannya luar biasa, janji untuk wawancara dengan beliau selama ini selalu tanpa titik temu. Ketika Rhoma Irama muncul di studio Metro TV, saya lalu menyergah dengan pertanyaan: ”Bang, kenapa menggunakan bahasa Inggris saat mendeklarasikan Soneta sebagai Sound Of Moslem? Ingin menyaingi musik rock?” Dengan tenang diikuti senyum tipis dan aksentuasi khas yang teratur, Rhoma Irama menjawab: ”Karena saya ingin musik dangdut ini dikenal tak hanya di Indonesia, maka saya pakai bahasa Inggris. Bahasa Inggris kan bahasa dunia. Saya tak ingin menyaingi rock. Saya suka rock. Di era ’70-an, rock menguasai dunia. Di mana-mana orang mendengar dan memainkan rock. Deep Purple dan Led Zeppelin dipuja, termasuk di Indonesia.” Menurut Rhoma Irama, dia bersama Soneta Group mulai mencanangkan dan mengibarkan panji Sound of Moslem pada 13 Oktober 1973. ”Kami menetapkan musik sebagai media dakwah. Bukan for fun only. Kami berinisiatif menyampaikan pesan-pesan moral dan sebagainya. Jihad saya yang pertama di pentas musik adalah mengucapkan ’Assalamualaikum’ di pentas. Seingat saya, itu berlangsung di Ancol, saat mengucapkan salam itu kami dilempari sandal, botol dan juga lumpur. Karena saat itu mengucapkan ’Assalamualaikum’ di pentas pertunjukan adalah hal yang tabu,” ungkap beliau. “Di tahun 1970, Deep Purple dan Led Zeppelin membuat dunia kena rock fever. Semua jenis musik tunduk di bawah rock. Dominasi rock itu pun terlihat di Indonesia. Saya sendiri saat itu main musik pop dan orkes melayu. Saya buat satu revolusi melayu menjadi dangdut dengan berbagai aspeknya berubah seperti rock. Itu satu strategi saja supaya musik melayu atau dangdut bisa setara dengan musik rock. Mulai dari sound system hingga lighting ratusan ribu watt kemudian stage act yang jungkir balik, termasuk rambut gondrong menjuntai,” ujar Rhoma Irama mengisahkan awal dari Orkes Melayu Soneta yang menyandingkan dangdut dan rock. “Saya banyak mengambil inspirasi dari teknik permainan gitar Ritchie Blackmore dari Deep Purple,” imbuh Rhoma Irama. Walaupun Ritchie Blackmore sudah lama tak tergabung dengan Deep Purple, toh Rhoma Irama masih menyukai Deep Purple. Saat Deep Purple menggelar konser di Jakarta Convention Center pada tahun 2002 silam, beliau terlihat di antara penonton. Rock sendiri bukanlah hal baru bagi Rhoma Irama.”Ketika saya mengiringi beberapa album solo pop Rhoma di akhir ’60-an hingga awal ’70-an, saya merasa bahwa Rhoma memang terbiasa mendengar musik rock,” komentar gitaris Jopie Item dengan bandnya D’Galaxies yang mengiringi beberapa album solo Rhoma Irama. Apabila Miles Davis melumuri musiknya dengan darah rock yang segar karena jazz saat itu kurang memikat perhatian anak muda, maka hal yang sama pun dilakukan Rhoma Irama dengan mengadopsi geletar rock dari kelompok hard rock Inggris, mulai dari Deep Purple hingga Uriah Heep. Karakter permainan gitar Blackmore yang sering memuntahkan high pitch note dan tone bending pun diserapnya. Pengaruh gitar solo Blackmore dalam interlude “Child In Time” atau lengkingan suara vokalis Ian Gillan bisa ditemui dalam karya-karya Rhoma Irama di paruh ’70-an. Bahkan dalam lagu “Santai” (1977), Rhoma menyusupkan atmosfer musik funk seperti yang dimainkan James Gang dalam lagu “Kick Back Man” (1972). Formula dangdut rock yang diracik Rhoma Irama justru diikuti oleh Achmad Albar, vokalis God Bless, yang membuat album dangdut bertajuk Zakia (1979), dengan musik yang ditata oleh gitaris Ian Antono. Termasuk Reynold Panggabean dari The Mercy’s yang membentuk kelompok dangdut rock bernama Tarantulla di tahun 1980, yang juga banyak menyusupkan pola permainan gitar ala Ritchie Blackmore melalui Fadil Usman, gitaris rock yang pernah tergabung dalam The Minstrels hingga Brotherhood. SekilasPada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.Berdasarkan data penjualan kaset, dan jumlah penonton film- film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10% penduduk Indonesia. Ini catatan sampai pertengahan 1984. "Tak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas", tulis majalah TEMPO, 30 Juni 1984. Sementara itu, Rhoma sendiri bilang, "Saya takut publikasi. Ternyata, saya sudah terseret jauh." Rhoma Irama terhitung sebagai salah satu penghibur yang paling sukses dalam mengumpulkan massa. Rhoma Irama bukan hanya tampil di dalam negeri tapi ia juga pernah tampil di Kuala Lumpur, Singapura, dan Brunei dengan jumlah penonton yang hampir sama ketika ia tampil di Indonesia. Sering dalam konser Rhoma Irama, penonton jatuh pingsan akibat berdesakan. Orang menyebut musik Rhoma adalah musik dangdut, sementara ia sendiri lebih suka bila musiknya disebut sebagai irama melayu. Pada 13 Oktober 1973, Rhoma mencanangkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaru musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta melakukan improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Menurut Achmad Albar, penyanyi rock Indonesia, "Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock". Tetapi jika kita amati ternyata bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi musik pop, India, dan orkestra juga. inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiiki cita rasa yang berbeda. Bagi para penyanyi dangdut lagu Rhoma mewakili semua suasana ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. "Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma," begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV. Rhoma juga sukses di dunia film, setidaknya secara komersial. Data PT Perfin menyebutkan, hampir semua film Rhoma selalu laku. Bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya. Satria Bergitar, misalnya. Film yang dibuat dengan biaya Rp 750 juta ini, ketika belum rampung sudah memperoleh pialang Rp 400 juta. Tetapi, "Rhoma tidak pernah makan dari uang film. Ia hidup dari uang kaset," kata Benny Muharam, kakak Rhoma, yang jadi produser PT Rhoma Film. Hasil film tersebut antara lain disumbangkan untuk masjid, yatim piatu, kegiatan remaja, dan perbaikan kampung. Ia juga terlibat dalam dunia politik. Di masa awal Orde Baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah terus dimusuhi oleh Pemerintah Orde baru karena menolak untuk bergabung dengan Golkar. Rhoma Sempat tidak aktif berpolitik untuk beberapa waktu, sebelum akhirnya terpilih sebagai anggota DPR mewakili utusan Golongan yakni mewakili seniman dan artis pada tahun 1993. Pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil pula di panggung kampanye PKS. Rhoma Irama sempat kuliah di Universitas 17 Agustus Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya. "Ternyata belajar di luar lebih asyik dan menantang," katanya suatu saat. Ia sendiri mengatakan bahwa ia banyak menjadi rujukan penelitian ada kurang lebih 7 skripsi tentang musiknya telah dihasilkan. Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat. Pada bulan Februari 2005, dia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut, namun gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat sendiri, dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii. Sebagai musisi, pencipta lagu, dan bintang layar lebar, Rhoma selama kariernya, seperti yang diungkapkan, telah menciptakan 685 buah lagu dan bermain di lebih 10 film. Pada tanggal 11 Desember 2007, Rhoma merayakan ulang tahunnya yang ke 61 yang juga merupakan perayaan ultah pertama kali sejak dari orok, sekaligus pertanda peluncuran website pribadinya, rajadangdut.com. Kontroversi
Pasangan hidup
Diskografi
Filmografi
|
nice post mantap efek stompbox
BalasHapusefek stompbox custom
efek stompbox untuk metal
efek stompbox distorsi terbaik
efek stompbox bekas
efek stompbox murah
efek stompbox terbaik
efek stompbox behringer
efek stompbox yang bagus
efek stompbox untuk pemula
efek stompbox artis
adaptor efek stompbox
adaptor efek stompbox murah
efek stompbox distorsi terbaik